Rabu, 02 September 2009

SBY Dimita Tegas Hadapi Malaysia

RADAR CIREBON


SBY Dimita Tegas Hadapi Malaysia

Tuesday, 01 September 2009



JAKARTA - Gelombang sikap antipati terhadap Malaysia terus berdatangan. Kali ini sikap tegas dilontarkan sejumlah elemen masyarakat. Anggota Dewan Pembina Gerindra Permadi, Ketua Dewan Syuro Persatuan Pekerja Muslim Indonesia Eggy Sujana, dan Direktur Lingkar Madani untuk Indoensia Ray Rangkuti sekata meminta pemerintah bertindak tegas terhadap Malaysia. Jika tidak, mereka siap berperang. Sikap tersebut disampaikan di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, kemarin.

Sebagai langkah awal sikap tegas, hari ini rencananya mereka akan mendatangi Kedutaan Malaysia. “Kami akan datangi Kedutaan Malaysia. Kami akan kumpulkan tanda tangan setuju atau tidak berperang. Kami akan ambil alih dan duduki Kedutaan Malaysia terlebih dahulu,” ujar Eggy Sujana.

Menurutnya, keberanian Malaysia mengoyak kedaulatan Indonesia lantaran sikap pemerintahan SBY saat ini dianggap lemah. Karena itu, jika dalam waktu 2 x 24 jam pemerintah tidak bertindak tegas, pihaknya akan mengumpulkan massa dan mengajak berperang melawan Malaysia. “Lawan Malaysia. Karena pemerintah tak memiliki kekuasaan,” jelasnya.

Permadi menganggap hubungan Indonesia-Malaysia mencapai titik klimaks. “Selama ini selalu kita biarkan. Hutan ditebang, TKI dianiyaya, Ambalat direbut, dan batas-batas perairan dilanggar, kita diam. Tapi, sekarang tarian dan kebudayaan juga diakui mereka. Ini menantang kedaulatan kita,” cetusnya.

Karena itu, pihaknya sepakat melawan Malaysia. Sebab, selama ini TNI dianggap tak tegas ketika sejumlah pelanggaran dilakukan Malaysia. “Kalau ada yang melanggar batas, kita tembak saja. Ganyang Malaysia,” ujarnya. Pihaknya menilai tindakan pemerintah Indonesia terhadap Malaysia tidak konkret.

Ray Rangkuti memprediksi, dalam kurun 304 tahun mendatang, Malaysia akan mengalami kebangkrutan. “Oposisi mencuat. Sentimen etnis akan terus menguat. Itu akan menjadi ciri hancurnya sebuah negara,” cetusnya. Jika hal itu terjadi, Indonesia harus segera mengambil momentum dengan menunjukkan kekuatan dan kewibawaan pemerintahan.
“Presiden jangan hanya bergerak jika kepentingan pribadinya diganggu. Saatnya bertindak tegas,” sebutnya. (kit/oki)

Tidak ada komentar: