Jumat, 23 Oktober 2009

DPR Baru, Masyarakat "Wait and See"

KOMPAS.COM


DPR Baru, Masyarakat "Wait and See"


Senin, 28 September 2009 | 21:48 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Sejumlah kalangan masyarakat sipil mengaku masih akan bersikap menunggu dan akan melihat (wait and see) secara kritis perkembangan seputar performa dan kinerja para anggota legislatif baru periode 2009-2014 mendatang.

Hal itu lantaran kebanyakan dari mereka mengaku tidak terlalu optimistis keberadaan para anggota legislatif baru tadi bakal banyak memberi perubahan dan perbaikan terhadap kinerja DPR di masa mendatang.

Demikian hasil perbincangan Kompas dengan sejumlah kalangan, seperti Koordinator Komite Pemilih Indonesia Jeirry Sumampow, Ray Rangkuti dari Lingkar Madani Indonesia, dan peneliti politik dari Reform Institute, Yudi Latif, Senin (28/9), yang dihubungi terpisah.

Menurut Jeirry, masyarakat logikanya memang akan cenderung menaruh harapan tinggi sekaligus mengapresiasi positif terhadap hal-hal atau sesuatu yang baru buat mereka. Hal seperti itu sangat wajar dilakukan. Akan tetapi, kita coba realistis saja.

Untuk awal-awal, para anggota legislatif baru itu tentu belum akan sanggup menunjukkan performa memadai. "Kebanyakan mereka orang baru dan belum berpengalaman. Tapi tetap mereka harus cepat menyesuaikan diri," ujar Jeirry.

Namun begitu, sikap pesimistis tetap dilontarkan Jeirry. Dia melihat, salah satu persoalan diyakini dapat muncul ketika kebanyakan anggota legislatif yang terpilih dalam pemilihan umum lalu terindikasi melakukan praktik politik uang pada para pemilih mereka.

Hal itu boleh jadi berpotensi membuat para anggota legislatif akan lebih mengutamakan bagaimana caranya untuk segera bisa mengembalikan modal mereka selama berkampanye ketimbang memikirkan apalagi mendahulukan kepentingan masyarakat yang mereka wakili di DPR.

Potensi persoalan lain juga dikhawatirkan muncul ketika para anggota legislatif baru itu memiliki latar belakang perekonomian yang kebanyakan relatif lebih mapan. Kondisi seperti itu bukan tidak mungkin menyebabkan mereka menjadi tidak peka, apalagi mau bersikap gigih, untuk memperjuangkan kepentingan rakyat kecil.

Ray Rangkuti mengaku lebih khawatir dengan kondisi dominannya kekuatan partai politik tertentu dalam komposisi keanggotaan legislatif mendatang, yang juga menjadi parpol pemerintah. Apalagi, tidak banyak partai politik lain yang berani untuk memosisikan diri sebagai parpol oposisi pemerintah.

"Intinya, DPR sekarang akan sangat tergantung pada pemerintah. Kalaupun ada sedikit 'geliat' dari anggota legislatif dari parpol nonpemerintah, sayangnya jumlah mereka tidaklah signifikan," ujar Ray.

Seusai berbicara dalam sebuah diskusi bertema "Selamatkan KPK, Lawan Korupsi!" yang digelar di Jakarta oleh Inside Forum, Yudi Latif menyarankan anggota legislatif membuka sebesar mungkin masukan dan aspirasi dari masyarakat, terutama dalam bentuk public hearing seintensif mungkin.

Dengan begitu, para anggota legislatif baru tersebut tidak perlu terjebak dalam pola atau cara-cara legislatif lama, apalagi terjebak dalam praktik-praktik koruptif dan manipulatif dalam menjalankan peran legislasi mereka, seperti yang masih dan sering kali terjadi di DPR pada periode yang lalu.

Tidak ada komentar: