Jumat, 23 Oktober 2009

PDIP Dipastikan Dukung Duet SBY-Boediono

SUARA KARYA


PDIP Dipastikan Dukung Duet SBY-Boediono


Rabu, 2 September 2009


JAKARTA (Suara Karya): Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) hampir dipastikan mendukung pemerintahan periode 2009-2014 yang akan dinakhodai Presiden dan Wakil Presiden terpilih Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono (SBY-Boediono).

Untuk mendukung pemerintahan tersebut, PDIP menyiapkan tiga kader terbaiknya untuk membantu langsung dalam kabinet.

Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP Maruarar Sirait dan Effendi Simbolon, yang dikonfirmasi Suara Karya di Jakarta, Selasa (1/8), membenarkan hal tersebut.

"Selama ini PDIP menjadi partai oposisi. Tapi dalam pemerintahan baru nanti, kemungkinan besar PDIP berkoalisi dengan pemerintahan SBY-Boediono. Ya, kemungkinan dari oposisi ke koalisi itu hampir dipastikan ada," kata Maruarar.

Namun, Maruarar tak mau menjamin seratus persen akan terwujudnya koalisi PDIP-Demokrat yang diikat dengan kontrak politik. "Konstelasi politik selalu saja berubah-ubah. Kita tunggu saja, apa yang akan terjadi ke depan," katanya.

PDIP, tutur Maruarar, tetap menyiapkan tiga kadernya untuk membantu SBY dalam menjalankan pemerintahan. "Semuanya bergantung kepada SBY dan komposisi (kabinet)-nya seperti apa, kami belum tahu," katanya.

Secara implisit, menurut dia, tiga kader PDIP yang disiapkan membantu SBY secara langsung dalam kabinet adalah Puan Maharani (Ketua DPP PDIP), Tjahyo Kumolo (Ketua Fraksi PDIP di DPR), dan Pramono Anung (Sekjen PDIP).

"PDIP memiliki banyak kader terbaik dan profesional di bidangnya. PDIP juga memiliki pemikir-pemikir yang telah menyumbangkan pemikirannya pada bangsa ini. Jadi, siapa saja yang dipilih maka semuanya harus siap," kata Maruarar.

Dihubungi secara terpisah, Effendi Simbolon mengatakan, komunikasi politik yang sedang dibangun antara PDIP-SBY karena adanya kesamaan misi dan visi. Baik SBY maupun PDIP, ingin mewujudkan dan mempertahankan rasa kebangsaan dan nasionalisme rakyat Indonesia yang sekarang ini di ambang krisis.

Selain itu, ucap dia menambahkan, PDIP dan SBY sama-sama memiliki keinginan dan cita-cita mewujudkan kesejahteraan rakyat. Menurut dia, Indonesia ke depan bisa berjaya dan berwibawa di mata dunia internasional dan di mata generasi penerus bangsa. "Selain punya kesamaan misi dan visi, kami juga punya ikatan emosional," katanya.

Selain jatah kursi di kabinet, PDIP masih punya obsesi memimpin lembaga Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Sampai sekarang, tutur dia, PDIP masih menjagokan Ketua Dewan Pertimbangan Pusat (Deperpu) PDIP, Taufiq Kiemas, untuk menempati posisi Ketua MPR-RI. "Masih ada peluang, emang nggak boleh?" kata Effendi.

Sebelumnya, Taufiq Kiemas melontarkan pernyataan akan terus bersama-sama dengan SBY untuk membangun bangsa ini. "Yang jelas, kemesraannya (Taufiq) dengan SBY bukan sesuatu yang aneh. Sebab, SBY adalah sahabatnya sejak lama. Ya biasa, sahabat dari dulu kan begitu," kata Effendi.

Sementara itu, anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Hayono Isman mengatakan, SBY akan merangkul seluruh elemen bangsa untuk membangun dan mewujudkan kesejahteraan rakyat Indonesia. "SBY tidak mau terkungkung dalam suatu kepentingan politik. Misi beliau (SBY) sangat mulia untuk mewujudkan kemakmuran bangsa Indonesia," ujarnya.

Menyinggung SBY akan menyiapkan kursi kabinet bagi PDIP, diakui Hayono, keputusan berada pada SBY. "Tapi, dari kerja sama dan kepedulian terhadap bangsa ini, bisa saja diwujudkan dalam kerja sama di kabinet. Tapi sekali lagi, semuanya diserahkan kepada SBY," ujarnya.

Sementara itu, PKB telah menyiapkan sekitar 10 kader untuk duduk di kabinet pemerintahan mendatang. "Mereka profesional," kata Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar, di Semarang, Jawa Tengah, kemarin.

Ia masih enggan untuk menyebutkan nama-nama kader itu. "Kami masih menunggu waktu untuk membicarakan masalah ini dengan presiden terpilih," katanya.

Sejumlah kalangan menilai keinginan Partai Demokrat merangkul kader PDIP masuk pemerintahan SBY-Boediono justru akan melemahkan kabinet mendatang.

Hal itu disampaikan peneliti Lembaga Survei Indonesia (LSI) Burhanuddin Muhtadi, pengamat politik Lingkar Madani untuk Indonesia Ray Rangkuti, dan pengamat politik UI Andrinof Chaniago.

Menurut Ray, kabar yang beredar menyebutkan, selain Puan Maharani, Pramono Anung, dan Tjahjo Kumolo, sejumlah kader PDIP juga turut digadang-gadang. Antara lain, mantan Menteri Perindustrian era Megawati, Rini Suwandi, dan Gubernur Kalimantan Tengah Agustin Teras Narang.

Puan Maharani dikabarkan akan menempati pos Menteri Komunikasi dan Informatika, Tjahjo Kumolo sebagai Menteri Negara Koperasi dan UKM, Rini di Kementerian Perdagangan. Sedangkan Agustin Teras Narang di posisi Menneg Pendayagunaan Aparatur Negara.

Dengan hitung-hitungan itu, berarti jatah PDIP di kabinet bertambah dari tiga menjadi lima orang. Sebelum pimpinan Partai Demokrat bertandang ke kediaman Mega di Jalan. Teuku Umar, hanya tiga orang yang santer akan masuk kabinet yakni Puan Maharani, Pramono Anung, dan Tjahjo Kumolo. Setelah Hadi Utomo datang, bertambah dua orang, Rini dan Teras Narang.

Meski demikian, menurut Andrinof Chaniago, akan menjadi risiko besar bagi PDIP apabila menerima tawaran kursi pada kabinet mendatang. Citra PDIP akan menurun pada Pemilu 2014 mendatang.

Sementara itu, Burhanuddin Muhtadi mengatakan, jika wacana koalisi PDIP dan Partai Demokrat terwujud, dampaknya akan membuat impian masyarakat untuk kabinet profesional dalam masa pemerintahan SBY-Boediono menjadi kandas.

"Karena, hal tersebut akan membuat prinsip profesionalisme menjadi nomor dua dan hanya mementingkan kepentingan politik," katanya.

Ray Rangkuti justru menyarankan partai-partai besar yang kalah dalam Pemilihan Presiden 2009 agar memilih sikap politik menjadi oposisi bagi pemerintahan SBY.

Partai-partai yang dimaksud Ray, antara lain PDIP, Golkar, Gerindra, dan Hanura. Ray tidak sepakat jika organisasi politik itu kemudian ikut bergabung dalam kabinet SBY-Boediono.

"Mereka harusnya bertarung, bukan mengemis kekuasaan. Kalau mereka ikut kekuasaan, sama saja mereka bunuh diri secara perlahan," katanya.

Ray memprediksi, perolehan suara partai-partai pada Pemilu 2014 merosot tajam, jika sampai memutuskan masuk koalisi pemerintah SBY-Boediono. (Rully/Feber Sianturi/Antara/Yudhiarma)

Tidak ada komentar: