Senin, 11 Mei 2009

Duet SBY-Mega Bisa Saja Terjadi

REPUBLIKA NEWSROOM


Duet SBY-Mega Bisa Saja Terjadi

Senin, 11 Mei 2009 pukul 05:13:00 Font Size A A A


JAKARTA -- Alotnya komunikasi antara PDIP dan Gerindra terkait negoisasi pasangan capres-cawapres membawa PDIP pada situasi politik mengejutkan. PDIP mulai membuka pintu komunikasi dengan Partai Demokrat (PD), partai yang selama lima tahun terkahir menjadi ‘musuh’ politiknya.

Terbukanya kran komunikasi politik antara PDIP dan PD semakin melebar pasca kedatangan Hatta Rajasa ke kediaman Megawati Soekarnoputri. Hatta diyakini membawa ‘pesan dari istana’ di luar kepentingan membicarakan status rumah Megawati seperti yang disampaikan kepada publik.

Direktur Nasional Lingkar Madani untuk Indonesia, Ray Rangkuti, menilai, segala kemungkinan terkait arah koalisi dan penentuan capres-cawapres masih terbuka. “Termasuk terjadinya duet SBY-Mega,” kata Ray dalam sebuah acara diskusi di Jakarta, Ahad (10/5).

Menurut Ray, karakter politik Indonesia tidak mudah ditebak dan dianalisis dengan teori-teori mana pun. Sifat kecairan politik Indonesia tak lain disebabkan sikap pragmatisme parpol dan para elit dalam mencapai kursi kekuasaan.

“Kata lainnya, politik kita itu politik yang //unpredictable//. Hal yang dipikirkan tidak terjadi justru malah terjadi, hal yang dianggap tidak mungkin malah jadinya benaran.”

Dia mencontohkan bagaimana menguatnya pendapat yang menyatakan duet SBY-JK tak mungkin terpisahkan lantaran konsesus politik antara PD dan Partai Golkar (PG). Namun pernyataan ini kandas menyusul pencalonan JK sebagai capres PG.

Contoh kedua adalah pandangan yang menyebutkan PG tak mungkin bisa bersatu dengan Hanura yang notabene merupakan parpol sempalan dari partai pohon beringin. Akan tetapi persepsi politik itu pun tumbang menyusul deklarasi JK dan Wiranto sebagai capres-cawapres yang diusung kedua partai.

“Dalam situasi seperti ini, bagi PDIP daripada tidak dapat apa-apa dan maju sendiri pun sulit menang, maka pilihannya adalah merapat ke Demokrat,” imbuh Ray.

Kendati demikian, jika mengikuti pakem politik yang benar, maka seharusnya koalisi PDIP dan PD tidak boleh terjadi. PDIP akan mempertaruhkan nasib partainya pada pemilu 2014 dengan bersiap ditinggalkan pemilih.

Pemilih PDIP dalam pemilu legislatif lalu berharap partai berlambang kepala banteng tersebut bisa memajukan capresnya sendiri. “Selain sulit menjelaskan kepada konstituen PDIP, saya rasa Demokrat juga tidak serius mau koalisi dengan PDIP. Demokrat hanya ingin membangun citra partainya sebagai partai yang toleran, terbuka, dan santun walaupun selama lima tahun diserang terus-menerus oleh PDIP,” tandas Ray.- ade/ahi

Tidak ada komentar: