Jumat, 08 Mei 2009

PERANG STRATEGI di Kota Seribu Industri

INDONESIA MONITOR

31 March 2009


PERANG STRATEGI di Kota Seribu Industri
Setelah kepergian Sutradara Gintings, pertarungan di Dapil Banten III tetap ketat.



BUKA mendalam tengah menyelimuti PDIP. Politisi senior Sutradara Gintings yang menjadi caleg nomor urut 1 di Dapil Banten III (Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang), Minggu (22/3) dinihari meninggal dunia akibat sakit jantung.



Kepergian Sutradara bisa jadi merupakan pukulan berat bagi PDIP. Sebab, Sutradara menjadi harapan PDIP untuk mendulang suara di dapil ini. Tapi apa daya, takdir mengatakan lain.



Dalam sebuah perbincangan dengan Sutradara, mantan politisi Partai Golkar itu menilai Pemilu 2009 akan diwarnai banyak konflik serta dicederai kejahatan demokrasi. “Yang jelas, Pemilu 2009 adalah high cost of democracy. Banyak brokerbroker politik menjajakan suara. Jadi sudah ada tender vote. Ini kan berbahaya sekali,” tuturnya.



Jika PDIP bersedih atas meninggalnya Sutradara Gintings, Yasmin Muntaz, caleg nomor urut 4 dari Partai Amanat Nasional (PAN) di dapil ini juga sedang berduka. Apa penyebabnya? “Sedih karena ada beberapa baliho yang hilang plus ada yang pasangnya nggak genah (benar),” curhat Yasmin di situs jejaring sosial Facebook pada Sabtu (21/3).



Curhat mantan presenter salah satu stasiun televisi itu disambut rekan-rekannya di dunia maya. “Daripada cape nyari-nyari dulu Mbak Yasminnya buat foto-foto bareng mending ’dipinjam’ dulu balihonya biar nggak susah buat foto-foto,” kata seorang teman Yasmin.



Ya, baliho memang salah satu alat peraga yang kini jadi senjata bagi sebagian caleg bermodal untuk mendekatkan diri ke masyarakat. Dengan baliho, mininal nama sang caleg diingat masyarakat. “Dibanding dengan kampanye yang mengundang keramaian, baliho lebih diterima masyarakat,” kata Direktur Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti kepada Indonesia Monitor, Sabtu (21/3)



Tapi, bermodalkan baliho dan spanduk saja tentu tak cukup bagi seorang caleg untuk bisa meluncur mulus ke Senayan. Harus ada strategi lain yang digunakan. “Tentunya masyarakat lebih suka bila dikunjungi oleh para caleg,” sambung Ray.



Maka, jangan heran jika kini, para caleg itu menerapkan berbagai strategi, salah satunya dengan mendatangi langsung pemukiman warga yang berada di daerah berjuluk Kota Seribu Industri itu. Maka, bisa dilihat, semakin mendekati hari pencontrengan, banyak caleg yang masuk-keluar kampung demi merebut hati rakyat dan melancarkan langkah ke Senayan.



Maklum, persaingan di dapil yang memperebutkan 10 kursi ini lumayan berat. Pada Pemilu 2004, wilayah ini masuk dapil Banten II dengan 11 kursi. Saat itu, Partai Golkar, PDIP, dan PKS masing-masing meraih dua kursi. Sementara, Partai Demokrat, PPP, PAN, PKB, dan PBR masing-masing mendapat satu kursi.



Sekitar 3,8 juta pemilih terdaftar di Dapil Banten III. Dari 38 partai politik nasional, cuma 36 parpol yang akan bertarung, sebab Partai Perjuangan Indonesia Baru (PPIB) dan Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI) tidak memasukkan satu nama caleg pun. Meski demikian, ketidakhadiran dua partai tersebut di dapil ini tak mengurangi ketatnya persaingan.



Sebab, sejumlah tokoh nasional maupun lokal bakal berjibaku merayu hati rakyat. Partai Hanura misalnya. Partai bernomor urut 1 ini menurunkan Ketua DPP Partai Hanura Iqbal Alan Abdullah.



Sementara, PKS menurunkan anggota DPR Yoyoh Yusroh (nomor urut 1) dan mantan calon bupati Tangerang Jazuli Juwaini. Sementara, PAN mencoba mempertahankan satu kursi yang diraih dengan memasang trio Muhammad Ali Taher Parasong (nomor urut 1), violis Maylaffayza Wiguna (nomor urut 3) dan mantan presenter Yasmin Muntaz (nomor urut 4). Partai Golkar mencoba meneruskan eksistensinya dengan mengusung Ahmed Zaki Iskandar Zulkarnaen (nomor urut 1). Sementara PPP memasang Sekjen PPP Irgan Chairul Mahfiz di nomor urut 1. PBB menjagokan Ketua DPW PBB Bueti Nasir (nomor urut 1).



Sementara, setelah kepergian Sutradara Gintings yang meninggal pada Minggu (22/3) dinihari, PDIP menaruh harapan pada Irvansyah (nomor urut 2) untuk mempertahankan perolehan kursi yang diraih pada Pemilu 2004. Partai Demokrat pun tak mau kalah dengan mengusung Hartanto Edhie Wibowo (nomor urut 1) dan Plt DPC Partai Demokrat Tangerang Selatan Ferrari Roemawi (nomor urut 2). Sedangkan PKNU mencoba ’mencuri’ kursi PKB dengan memasang mantan fungsionaris PKB Nawawi Syahroni di nomor urut 1.



Siapa yang berpeluang menjadi jawara di dapil ini? Ray Rangkuti mengatakan, jika melihat tren saat ini, Partai Demokrat punya kans besar untuk berbicara banyak di dapil ini. Sementara, PDIP diprediksi bakal menurun. Sedangkan Golkar dan PKS masih memiliki harapan mempertahankan kursi yang diraihnya di 2004.



Prediksi Ray disambut gembira caleg nomor urut 2 dari Partai Demokrat, Ferrari Roemawi. Kata Ferrari, partai bernomor urut 31 itu menargetkan dua kursi. “Insya Allah bisa tercapai, apalagi kami, khususnya saya sudah bekerja sejak bulan Juli tahun lalu,” kata Ferrari kepada Indonesia Monitor, Sabtu (21/3).



Menurut Ferrari, keyakinan tersebut bukan tanpa alasan. Katanya, penerimaan masyarakat terhadap Partai Demokrat semakin bagus. Bahkan, basis Partai Demokrat kini bertambah. “Jadi sejauh ini tak ada masalah,” ujar Ferrari.



Isu Klasik

Sementara, caleg nomor urut 2 dari PKS Jazuli Juwaini mengatakan optimistis PKS merebut minimal tiga kursi. “Namanya juga orang usaha, harus optimistis. Kita terus bekerja, struktur juga bekerja, mudah-mudahan, asal tidak ada permainan kotor, target bisa tercapai,” kata Jazuli kepada Indonesia Monitor, Sabtu (21/3).



Menurut mantan calon bupati Tangerang itu, permainan kotor yang dimaksud adalah money politics. Apalagi, di Banten III ini masih banyak pemilih yang berada di perkampungan dan pedesaan yang sangat rawan dihantui money politics. “Secara hukum, pembuktiannya memang agak sulit,” ujar Jazuli.



Tapi, caleg nomor urut 1 dari Partai Bulan Bintang (PBB) Bueti Nasir mengatakan, isu yang digulirkan Jazuli adalah isu klasik yang belum tentu terbukti. “Siapa pun juga yang money politics nggak kuat juga. Saya tidak khawatir, itu isu klasik.



Masyarakat sudah cerdas, diberi uang juga belum tentu memilih. Percayalah, paling hanya ada beberapa persen yang karena uang lalu dia memilih,” kata Bueti kepada Indonesia Monitor, Sabtu (21/3). Menurut Bueti, PBB tak punya target yang muluk-muluk di dapil ini. Makanya, partainya MS Kaban itu hanya mematok satu kursi. Keyakinan itu didasari pada menurunnya penerimaan masyarakat terhadap partai-partai lama seperti Partai Golkar dan PDIP. Berdasarkan pantauan Bueti, hanya Partai Demokrat yang trennya meningkat.



Bueti juga tak khawatir dengan kehadiran partai-partai baru seperti Partai Hanura dan Partai Gerindra. “Saya yakin PBB bisa melewati dua partai itu. Selain itu, PBB juga diuntungkan oleh persoalan di internal partai lain, seperti PKB.”



■ Iwan Purwantono, Dzikry Subhanie

Tidak ada komentar: