Sabtu, 02 Mei 2009

Elit Parpol Sibuk Galang Koalisi

WARTA KOTA


Elit Parpol Sibuk Galang Koalisi
Pelanggaran Pemilu Tak Kunjung Tuntas


Jum'at, 01 Mei 2009 02:31


Elit parpol gencar menggalang koalisi di tengah pelanggaran pemilu yang belum selesai. Persoalan yang tak kunjung tuntas dikhawatirkan terjadi dead lock politik yang berkepanjangan.


BK/LAMHOT



MENDEKATI pemilihan presiden 8 Juli mendatang, sejumlah elit politik gencar menggelar pertemuan. Seolah berpacu dengan waktu, elit po-litik secara intens menjalin komuni-kasi politik untuk menggalang koa-lisi.

Mantan Wakasad Letnan Jenderal TNI (Purn) Kiki Syahnakri menyebut, komunikasi politik yang dilakukan elit parpol hanya sekedar wara-wiri, luntang lantung tanpa membawa sesuatu yang mampu menyelesaikan persoalan bangsa. Padahal, rakyat membutuhkan perubahan yang nyata.

“Sekarang ini, rakyat merindukan perubahan yang nyata, sehingga apa yang dilakukan para elit bisa langsung dirasakan rakyat. Sebab, rakyat kita sekarang sudah semakin pragmatis memilih calon pemimpin bangsa,” ujar Kiki dalam diskusi “Mencari Capres Alternatif Pesaing SBY” di Gedung Dewan Pers Jakarta , Kamis (30/4).

Di sisi lain, Kiki menilai, apabila kekacauan pemilu terjadi secara terus menerus dan tidak terselesaikan, bukan tidak mungkin militer bisa mengambil alih.

Menurut Kiki, sebagai jalan terakhir yang bisa ditempuh untuk menyikapi kekisruhan pelanggaran pemilu legislatif 2009 adalah menyelesaikan pelanggaran pemilu secara tuntas. “Persoalannya, bila penyelesaian tidak juga selesai tentunya akan dead lock politik yang berkepanjangan,” kata dia.

Sementara itu, Direktur Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti mengaku prihatin dan kecewa dengan tingkah laku para elit yang sibuk menggalang koalisi, tapi mereka sendiri tak mampu memperjuangkan pelanggaran pemilu.

“Karena itu, buat apa kita teriak-teriak ada pelanggaran bila elit parpol sendiri terkesan kurang peduli dan meng-endors kecurangan pemilu ini,” kata Ray.

Dalam situasi sekarang ini, lanjut dia, diharapkan lahir pemimpin alternatif yang mampu membawa perubahan sebagaimana yang didambakan masyarakat. “Sebenarnya, ada beberapa tokoh nasional yang layak dan mampu melakukan perubahan besar seperti Rizal Ramli, apalagi track record -nya sudah teruji,” tegas dia.

Direktur Eksekutif Lembaga Survei Nasional (LSN) Umar S Bakry menambahkan, dari hasil survei yang pernah dilakukannya, posisi SBY masih memiliki prosentase terbesar untuk menang sebagai presiden dibandingkan capres lainnya. Namun, semua itu belum bisa dipastikan dan sangat tergantung dari perilaku pemilih yang sangat erat kaitannya dengan opini publik yang berkembang.

“Sebenarnya, ada beberapa nama yang bisa dianggap sebagai rival politik SBY seperti Prabowo dan Rizal Ramli. Saya percaya, kalau keduanya berduet sebagai capres/cawapres akan mampu mengimbangi popularitas SBY,” ujar dia. O rap

Tidak ada komentar: