Rabu, 25 Februari 2009

Sosialisasi KPU Lemah

REPUBLIKA

Senin, 23 Februari 2009 pukul 10:50:00


Sosialisasi KPU Lemah

Banyak pemilih yang belum tahu pelaksanaan pemilu dan cara memberi tanda

JAKARTA -- Komisi Pemilihan Umum (KPU) dianggap gagal dalam menyosialisasikan Pemilu 2009. Berdasar survei yang dilakukan Lingkar Madani untuk Indonesia (Lima) maupun International Republican Institute menunjukkan pemilih masih banyak pemilih yang belum paham cara memilih.

Lima selama 5 hingga 18 Februari telah melakukan pemantauan terhadap perilaku pemilih. Kegiatan ini dilakukan dengan mengambil responden sebanyak 720 ribu orang di Jakarta, Depok, Bekasi, Kabupaten Bogor dan Kota Tangerang.

Dalam pertanyaan apakah Anda tahu pelaksanaan pemilu?, ternyata ada 30 persen yang mengaku tidak tahu sama sekali. Adapun yang tahu bulannya saja 45,5 persen, dan yang sudah tahu 24,5 persen.

Selain masalah pelaksanaan pemilu, Lima juga menanyakan masalah pendaftaran pemilih. Dalam survei itu, sebanyak 63,5 persen respon mengatakan sudah terdaftar. Responden yang menjawab tidak tahu 33,5 persen, dan belum terdaftar 3 persen.

Meski sudah menjawab terdaftar, dari 63,5 persen itu, hanya 0,75 persen yang sudah memastikan masuk daftar pemilih tetap (DPT). Sisanya mengaku mendapat informasi dari orang lain (37 persen) dan sudah pernah didaftar petugas (62,25 persen).

Koordinator Lima Jakarta, Said Salahuddin dalam siaran persnye ke Republika, mengatakan, sosialisasi waktu pelaksanaan pemilu tidak optimal. ''Animo masyarakat untuk mengecek DPT juga sangat rendah,'' kata Said, Ahad (22/2).

Direktur eksekutif Lima, Ray Rangkuti, mengatakan, bahwa hasil pantauan ini menunjukkan masih belum maksimalnya sosialisasi yang dilakukan KPU. Banyak hal yang masih membingungkan masyarakat. ''Termasuk masalah cara memberi tanda banyak yang bingung,'' kata Ray.

Dengan kondisi ini, Ray menyarankan agar KPU memperkuat sosialisasi. Terlebih pelaksanaan Pemilu 2009 tinggal 50 hari lagi.

Apabila hingga menjelang pelaksanaan Pemilu KPU tidak mampu meningkatkan kinerja sosialisasinya, dikhawatirkan tingkat partisipasi pemilih dalam pemilu akan sangat rendah. Ketidaktahuan masyarakat terhadap jadwal Pemilu, akan berpotensi pada penyusunan agenda personal dari calon pemilih untuk melakukan aktivitas tertentu pada tanggal 9 April 2009.

Coblos
Hasil yang sama juga disampaikan IRI. Dalam rilisnya, IRI yang merupakan sayap LSM dari Partai Republik di AS, menyebutkan telah bekerjasama dengan Lembaga Survey Indonesia (LSI). Mereka melakukan survei pada 12 hingga 22 Januari 2009.

IRI mempresentasikan temuan surveinya, pada Kamis (19/2), kepada pimpinan dari 38 partai politik tingkat nasional, perwakilan pemerintah, KPU dan perwakilan dari LSM yang mendukung proses pemilu di Indonesia.

Dalam survei itu yang menggunakan responden sebanyak 2.189 di seluruh Indonesia disebutkan, sebanyak 27 persen responden masih beranggapan pemberian tanda dilakukan dengan mencoblos kertas suara. Mereka mencoblos di lambang parpol, nomor parpol, atau nama kandidat dan nomor kandidat.

Jumlah responden yang belum tahu cara memilih itu beda tipis enam persen dengan jumlah responden yang menjawab benar. Sebanyak 33 persen responden menjawab mereka akan mencontreng gambar parpol, nomor parpol, maupun nama kandidat.

Ancaman lain juga datang dari responden yang menjawab tak tahu atau tidak menjawab pertanyaan bagaimana cara memilih. Sebanyak 25 responden menjawab mereka tak tahu bagaimana cara memilih di kertas suara, atau mereka tidak menjawab pertanyaan. evy/dwo

(-)

Tidak ada komentar: