Kamis, 19 Februari 2009

Trilogi Dosa Politik SBY-JK Diluncurkan



MERDEKA.CO.ID

Trilogi Dosa Politik SBY-JK Diluncurkan

oleh: m.rizqi[at]merdeka.co.id

Senin, 22 Desember 2008


Jakarta,TIM merdekainteraktif.com. Sebuah buku tentang evaluasi akan kinerja pemerintahan SBY-JK baru-baru ini diluncurkan. Bertempat di Galeri Cafe, Taman Ismail Marzuki pada senin (22/12) ini, buku berjudul "Trilogi Dosa Politik" yang ditulis oleh Boni Hargens, Pengamat Politik UI, menerangkan berbagai pemahaman terhadap dosa-dosa politik yang dilakukan oleh pemerintahan Bambang Susilo Yudhoyono-Jusuf Kalla dan pengkhianatan oleh para kaum inteletual.


Pada Peluncuran buku itu, berbagai tokoh nasional turut hadir memaparkan gagasan dan memberikan apresiasi serta kesimpulan terhadap buku tersebut dan kondisi bangsa saat ini.
AS.Hikam, mantan Menristek era pemerintahan Gusdur mengatakan dirinya sangat antusias sekali akan kehadiran buku karya Boni itu. Hikam menerangkan buku itu bisa sebagai "wacana segar" bagi dunia intelektual, terutama karena mengusung nilai-nilai moral yang menjadikannya sebagai subtansi bagi sebuah perubahaan kondisi reformasi.
Selama ini Hikam juga mengakui tidak adanya sikap kekritisan terhadap pemerintah, dengan munculnya buku ini diharapkan sikap kritis bisa terjaga dan demokrasi tentunya tidak kehilangan maknanya.


Sedangkan Rizal Ramli, mengatakan kehadiran buku Tritologi Dosa Politik bisa dijadikan usaha pelestarian dan pemberdayaan tradisi intelektual untuk memberikan kritik terhadap pemerintahan yang berkuasa.


Ada tiga hal yang disimpulkan Rizal tentang buku tersebut. Pertama, aspek hukum yang selama ini diklaim oleh SBY-JK telah berhasil dengan sepak terjang KPK menangkap para koruptor,ternyata masih tebang pilih dan belum maksimal.Terbukti dengan pemotongan berbagai anggaran hingga 70 % oleh pemerintah pusat terhadap pemerintah daerah.
Kedua, soal ekonomi yang tidak berhasil melepas ketergantungan kepada pihak asing dan membuat semakin banyak jumlah kemiskinan dan pengangguran. Ketiga, adalah munculnya gejala "baby Orba" yang dilakukan oleh pemerintahan SBY-JK.Yaitu usaha-usaha yang diterapkan layaknya era pemerintahan Orde Baru, seperti pemasungan kebebasan berpendapat bagi semua pihak dan anti kritik. Rizal menegaskan modus tersebut semakin halus dilakukan.Misalnya, pembentukan tim penghancur (Destroy Team) oleh pemerintah dengan modus surat /komentar pembaca terhadap tulisan yang bersikap kritis. Kemudian adanya tim pembentukan citra yang bekerja dengan berbagai macam modus untuk mencitrakan pemerintah dengan sebagus-bagusnya.

Sedangkan Fajrul Rahman, politikus muda dan seorang calon presiden independen menegaskan bahwa kehadiran buku yang diterbitkan oleh Parrhesia Institute ini sebagai "Vonis mati bagi pemerintahan SBY-JK.


Fajrul menjelaskan ada tiga tahap dalam masa pemerintahan bangsa selama ini. tahap pertama, yaitu masa 32 tahun pemerintahan Orde Baru. Kedua 10 tahun terakhir sampai masa pemerintahan SBY-JK yang bisa disebut sebagai masa Orbais non Soeharto dan 10 tahun akan datang yang harus direbut oleh non Orba dan non Soeharto.
Turut hadir juga pada peluncuran buku ini, Bondan Gunawan, mantan Mensesneg era GusDur dan HS Dillon, Pakar Pangan serta Ray Rangkuti, seorang pengamat politik.
m.rizqi/merdekainteraktif.com.

Tidak ada komentar: