Kamis, 12 Februari 2009

Tjahjo: Ribut Demokrat-Golkar Bikin Tertawa

KOMPAS ONLINE

Tjahjo: Ribut Demokrat-Golkar Bikin Tertawa



Rabu, 11 Februari 2009 | 20:42 WIB

JAKARTA, RABU — Walau mengaku tidak melihat ada satu hal pun yang lucu dalam konflik yang terjadi antara Partai Golkar dan Partai Demokrat, Ketua F-PDIP DPR Tjahjo Kumolo menilai kejadian itu membuatnya tertawa.

Tjahjo menyatakan hal itu seusai mengikuti rapat dengar pendapat antara Komisi I dan Kepala Staf TNI Angkatan Darat, Rabu (11/2). Dia dimintai tanggapan soal ketersinggungan Partai Golkar atas pernyataan Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat Achmad Mubarok sebelumnya yang dinilai menghina dan meremehkan.

Seperti diwartakan, pernyataan tersebut disesalkan dan berujung pada permintaan maaf Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selaku Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, yang disampaikan Selasa kemarin di kediamannya di Puri Cikeas Indah, Bogor, Jawa Barat.

”Saya melihat itu jadi tertawa. Tapi kalau ditanya lucunya di mana, menurut saya kan tertawa itu tidak harus karena ada yang lucu, toh? Ha-ha-ha. Kejadian seperti itu sangat unik dan mungkin cuma terjadi di Indonesia. Sejumlah media massa bahkan menjadikannya berita utama hari ini,” ujar Tjahjo.

Menanggapi sejumlah analisis yang menyebutkan adanya kemungkinan ”pecah kongsi” antara pasangan Yudhoyono-Kalla dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2009, Tjahjo menilai kemungkinan seperti itu hanya diketahui dan bisa dijelaskan oleh keduanya.

Tjahjo menolak anggapan sinyalemen ”pecah kongsi” tadi terjadi lantaran langkah politik PDI-P beberapa waktu sebelumnya dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IV PDI-P di Solo, Jawa Tengah. Sejumlah tokoh politik dalam kesempatan itu diundang karena mereka disebut-sebut akan dipasangkan menjadi calon wakil presiden PDI-P mendampingi Megawati Soekarnoputri.

”Enggak ada kaitan dengan Rakernas PDI-P itu. Kalau ada sejumlah nama disebut-sebut layak dipasangkan menjadi calon wakil presiden dari PDI-P, kan masalah itu tidak ada kaitan dengan apa yang terjadi pada Yudhoyono dan Kalla,” ujar Tjahjo.

Sementara dalam kesempatan terpisah, Direktur Lingkar Madani untuk Indonesia, Ray Rangkuti, menilai Presiden Yudhoyono selaiknya tidak patut meminta maaf kepada Partai Golkar lantaran posisinya di DPP Partai Demokrat hanyalah dalam kapasitas sebagai Ketua Dewan Pembina.

Dengan posisi jabatan seperti itu di partai, Presiden Yudhoyono selayaknya sekadar berurusan dengan masalah konstitusi partai dan bukan mengurusi persoalan harian Partai Demokrat. Apa yang disampaikan Mubarok dinilai sekadar urusan remeh-temeh.

”Presiden tidak perlu terlibat dalam urusan seperti itu. Pernyataan Mubarok soal Partai Golkar hanya akan memperoleh 2,5 persen suara dalam pemilu mendatang adalah masalah remeh-temeh. Hal macam itu seharusnya bukan urusan Dewan Pembina,” tambah Ray.


DWA

Tidak ada komentar: