Minggu, 12 April 2009

DPT Sumber Skenario Politik

REPUBLIKA NEWSROOM

DPT Sumber Skenario Politik

By Republika Newsroom

Minggu, 12 April 2009 pukul 17:31:00 Font Size A A A

JAKARTA–Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang digunakan dalam penyelenggaraan pileg dianggap sebagai sumber utama skenario politik. Manipulasi terhadap DPT mampu memengaruhi perolehan suara. Hal tersebut disampaikan pengamat politik Universitas Indonesia, Boni Hargens, Ahad (12/4).

“Ada permainan di dalamnya (DPT),” kata Boni. Dia menambahkan, kecurangan tersebut lebih parah dari kecurangan pemilu pada masa orde baru. Jika kecurangan dalam masa orde baru itu bisa dibaca, maka pada pemilu saat ini sangat sulit untuk membaca kecurangan, sehingga sulit tersentuh hukum.

Boni berpendapat, kecurangan terbesar dalam pemilu 2009 terdapat pada DPT. Menurut dia, DPT bisa dijadikan sumber utama untuk menjalankan skenario politik. “DPT berasal dari DP4 (Daftar Penduduk Potensial Pemilih Pemilu) yang dikeluarkan Departemen Dalam Negeri,” kata Boni menjelaskan.

DPT tersebut bukan tidak mungkin sudah mengalami proses manipulasi ketika masih berbentuk DP4. “Mereka bermain di-software,” katanya. Sehingga, DPT yang dipakai Komisi Pemilihan Umum (KPU) sudah mengalami manipulasi. Dengan kata lain, manupilasi itu bukan terjadi pada pendataan saja.

Berkaca pada hasil perolehan suara parpol sementara yang dimenangkan Partai Demokrat, Boni mengatakan, tidak ada logika hukum lain yang bisa menjelaskan kecuali adanya kecurangan. ”Sumber kecurangan tersebut berasal dari DPT,” kata Boni. DPT bisa memengaruhi perolehan suara.

Kecurangan dalam DPT tidak terlihat secara jelas karena ditutupi oleh kecurangan-kecurangan lain. ”Masyarakat dicuci otak dengan sentimen-sentimen publik,” katanya. Boni bertanya, bagaimana mungkin ada sebuah lembaga survey yang jauh sebelum pemilu secara konsisten memenangkan Partai Demokrat.

Pengamat komunikasi politik, Effendi Gazali, menambahkan, manipulasi DPT bertujuan untuk mengatur hasil pemilu. ”Jadi, lembaga mana pun yang melakukan survey, dihitung dengan cara apapun, hasilnya akan sesuai dengan pihak yang melakukan manipulasi DPT,” kata Effendi tanpa menyebut pihak yang melakukan manipulasi itu.

Dia menambahkan, masalah DPT yang muncul dalam opini publik adalah banyaknya angka golput. ”Padahal, yang harus diperhatikan itu adalah penggelembungan dan penggembosan pemilih,” katanya. Effendi mencontohkan, pemilih yang sebelumnya memilih di pemilu 2004 dan tercantum dalam DPS pileg malah tidak tercantum di DPT.

Effendi menjelaskan, DPT pemilu 2009 berjumlah 171.265.442 dan DPT pemilu 2004 berjumlah 148.000.041, sehingga ada selisih 23.265.401. Sedangkan, TPS dalam pemilu 2009 sebanyak 528.217. ”Jika pada satu TPS diasumsi ada 20 orang yang terdaftar di DPT pemilu 2004 namun tidak terdaftar di pemilu 2009 sebanyak 10.564.340,” katanya.

”Pertanyaannya, sudah ada tambahan sebanyak 23.265.401 orang pemilih dari pemilu 2004, kenapa masih ada sekitar 10.564.340 orang tidak masuk DPT pemilu 2009,” katanya. Jadi, kata Effendi, total misteri dalam DPT sebanyak 33.829.741 orang. Padahal, selisih kemenangan peringkat pertama dengan kedua dan ketiga tujuh persen atau 8.392.006. ikh/kpo

Tidak ada komentar: