Minggu, 19 April 2009

Komunike 15 Parpol, Satu Bentuk Keprihatinan

SURABAYA POST

Komunike 15 Parpol, Satu Bentuk Keprihatinan

Rabu, 8 April 2009 | 11:51 WIB

Limabelas Sekretaris Jenderal partai politik itu bertemu di Rumah Makan Ny Suharti, Jl Tendean, Jakarta, Senin (6/4) siang.

“Saya melihat bahwa komunike ini bentuk keprihatinan parpol,” katanya Ray Rangkuti menanggapi pertemuan itu Selasa (7/4).

Kalau mencermati isi komunikenya, kata Ray, sejumlah parpol ini ingin mengajak masyarakat agar bersama-sama memantau setiap pelanggaran pemilu. Dalam bahasa yang lain, bisa diartikan agar masyarakat mengambil tindakan kalau menemukan pelanggaran.

Sekretaris F PDI Perjuangan, Bambang Pacul mengatakan komunike lahir karena sejumlah parpol sudah mencium gelagat adanya sebuah desain sistematis akan kecurangan pemilu 2009. Dengan komunike ini, parpol menekan penyelenggara pemilu agar jangan bermain-main dengan pesta akbar ini. “Terlalu mahal taruhannya kalau penyelenggara pemilu bermain-main. Jadi, kami ingatkan agar KPU lebih serius lagi,” tegasnya.

Komitmen soal pemilu jurdil sudah menjadi sikap PDI Perjuangan, dan sudah diinstruksikan kepada seluruh kadernya agar memantau secara cermat setiap tahapan pemilu.

Ray mengatakan komunike ini bisa dibaca sebagai bentuk protes parpol atas proses pemilu. Parpol, katanya, sudah sampai pada tahap tidak percaya lagi dengan kinerja KPU dan pemerintah. Ini terbukti masih banyak tahapan pemilu yang belum beres. Salah satu yang mencuat misalnya soal DPT yang masih amburadul dan daftar pemilu siluman. Jika ini juga belum beres maka akan menimbulkan persoalan di kemudian hari.

“Komunike ini saya kira, tidak ada pengaruhnya bagi para parpol, apakah menambah atau mengurangi suara. Tetapi mereka sudah membaca situasi yang memang tidak kondusif menjelang pileg. Jadi, saya melihatnya demikian, ketimbang untuk mendongkrak popularitas parpol,” kata Ray.

Ketika ditanya, seberapa efektif komunike parpol ini mengingat pencontrengan sudah dalam hitungan jam, Ray mengatakan secara teknis memang butuh sebuah keajaiban untuk menyelesaikan persoalan mendasar di KPU. Namun sebagai langkah antisipasi, komunike ini sangat penting. Karena parpol juga ikut mengawasi persoalan tehnis pemilu ini.

“Kalau tidak diantisipasi dan dicermati maka berbagai kelemahan teknis ini sangat mungkin dimanipulasi untuk kepentingan pemenangan partai-partai tertentu,” tegasnya.

Ray tidak bisa berharap banyak tentang kualitas produk yang dihasilkan dari sistem pemilu 2009.

Menurutnya, wajah parlemen 2009 ini ibarat caleg sinetron. Bukan karena mereka pemain sinetron, tapi caleg yang terpilih nanti rata-rata mereka yang memiliki kemampuan menjual diri dengan beriklan di media, baik cetak maupun elektronik.

“Jadi, jangan bermimpi soal kualitas. Buang jauh-jauh angan-angan caleg yang berkualitas. Karena pemenang caleg nanti ya, mereka yang sering tampil di media dan pemilik modal,” ujarnya.

Hadir dalam pertemuan itu, Pramono Anung (Sekjen PDI Perjuangan), Sumarsono (Sekjen Golkar), Irgan Chairul Mahfidz (Sekjen PPP) , Zulkifli Hassan (Sekjen PAN), Ahmad Muzani (Sekjen Gerindra), Sulistiyanto (Sekjen Partai Patriot), Bambang Suroso (Sekjen Partai Pelopor), Budi Wiryoo (Sekjen PMB), Hayat Zainuri (Sekjen PSI), Robert Anton (Sekjen PPPI), Amprodja (Sekjen PBR), Zulfan Lindan (Sekjen PNBK). Turut hadir capres Blok Perubahan, Rizal Ramli. mer

Tidak ada komentar: