Rabu, 29 April 2009

Duet JK-Prabowo atau

SUARA KARYA

KOALISI

Duet JK-Prabowo atau
JK-Wiranto Bisa Kalahkan SBY


Rabu, 29 April 2009

JAKARTA (Suara Karya): Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri lebih baik menjadi king maker daripada maju sebagai calon presiden (capres) karena peluangnya untuk mengalahkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sangat kecil. Untuk mengalahkan SBY, komposisi duet capres dan cawapres Jusuf Kalla (JK) - Prabowo atau JK-Wiranto dinilai paling ideal.

Penilaian ini disampaikan Indonesianis dari North Western University Jeffrey Winters, Direktur Lingkar Madani untuk Indonesia (Lima) Ray Rangkuti, Direktur Eksekutif Lembaga Survei Nasional (LSN) Umar S Bakrie dan staf pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UI Iberamsyah di Jakarta, Selasa (28/4) dalam diskusi bertajuk "Menakar Para Kompetitor SBY (Susilo Bambang Yudhoyono)".

Menurut Fajroel, tokoh yang pantas dan bisa mengimbangi elektabilitas SBY adalah Jusuf Kalla (JK)-Prabowo Subianto atau JK-Wiranto maupun Prabowo - Rizal Ramli. Sosok Prabowo atau Wiranto sebagai (mantan) prajurit TNI bila disandingkan dengan JK yang mengusung ekonomi kerakyatan akan menjadi lawan tanding yang sepadan bagi SBY.

"Rumusan ini akan menjadi kejutan yang signifikan dan prospektif. Dan inilah satu-satunya cara mengatasinya," katanya.

Sejauh ini, Partai Demokrat dan PDIP sudah hampir dipastikan akan bertarung pada pemilu presiden 2009. Tinggal Partai Golkar, apakah akan maju mengusung calon presiden Jusuf Kalla sesuai hasil Rapimnasus Golkar atau akan berubah strategi. Peluang terbesar adalah membentuk koalisi yang tidak pernah diperhitungkan SBY, yakni Golkar-PDIP didukung Hanura dan Gerindra. "Koalisi dengan calon-calon pemimpin alternatif akan menjadi pertarungan sepadan dan berimbang," katanya.

Percaya Diri


Umar mengatakan, elektabilitas Megawati Soekarnoputri sampai sejauh ini belum menunjukan peningkatan dan masih jauh dibanding Susilo Bambang Yudhoyono. Sejumlah survei yang dilakukan oleh beberapa lembaga survei menyatakan akan memilih SBY apabila pemilu presiden dilakukan sekarang ini juga atau dalam waktu dekat. Rata-rata perolehan suara SBY 30 persen hingga 35 persen dari hasil survei di 33 provinsi dengan sistem penyebaran angket secara acak.

"Megawati disandingkan dengan JK belum bisa mengungguli SBY. Karena itu, perlu ada figur baru yang harus mereka tawarkan untuk mengimbangi popularitas SBY," katanya.

Menurut Ray Rangkuti, terbuka kemungkinan JK akan berduet dengan Wiranto yang akhir-akhir ini makin percaya diri. Namun keduanya harus mewaspadai strategi yang akan dijalankan lawan politik yang bisa memecah belah soliditas Partai Golkar. "Koalisi jumbo bisa mengantisipasi devide it impera lawan politik," kata Ray.

Jeffrey Winters menilai perkembangan demokrasi di Indonesia sepuluh tahun terakhir sejak reformasi mengalami perkembangan signifikan. Pemilihan presiden langsung telah mewadahi dan memotivasi penduduk Indonesia untuk terlibat langsung di dalam demokrasi.

"Demokrasi di Indonesia lebih baik. Sistem demokrasinya sudah rapih dan sangat modern. Lain halnya kalau di Amerika, rakyat tidak punya pilihan selain (Partai) Demokrat dan (Partai) Republik," katanya.

Namun, Jeffrey menyayangkan perkembangan demokrasi di Indonesia tidak diimbangi dengan sumber daya manusia yang berkualitas. Kasus-kasus pemilu yang muncul akhir-akhir ini dijadikan senjata untuk melakukan manuver politik. Bahkan di antara elite politik ada yang memiliki rencana memboikot pemilu presiden.

"Jangan matikan demokrasi ini, jangan tutup wadah yang sudah ada. Yang perlu dibenahi adalah orang-orangnya," katanya.

Menurut Jeffrey, perkembangan demokrasi yang tentu memiliki tahapan hingga pada saatnya menjadi demokrasi yang mandiri dengan segudang perubahan. Situasi - situasi yang tidak terduga akan selalu muncul.

"Semuanya berawal dari tidak sempurna. Namun, secara bertahap akan ada kesempurnaan untuk mengarah ke satu perubahan. Dan itu telah dilakukan di Indonesia," katanya.

Pada sisi lain, Jeffrey menyikapi sistem pencalonan presiden dan cawapres yang masih diikat kuat pada kultus dan suku bangsa. "SBY dari Jawa akan lebih ideal kalau dipasangkan dengan cawapres dari luar Jawa. Sultan HB X dari Jawa dianggap lebih ideal kalau dipasangkan dengan Rizal Ramli atau Prabowo-Rizal Ramli dengan simbol Jawa dan luar Jawa," katanya. (Feber Sianturi)

Tidak ada komentar: