Selasa, 21 Juli 2009

Bom Jakarta Jangan Dibelokkan ke Isu Politik; Diduga SBY Terima Info Keliru

KEDAULATAN RAKYAT

Bom Jakarta Jangan Dibelokkan ke Isu Politik; Diduga SBY Terima Info Keliru


21/07/2009 23:41:46



JAKARTA (KR) - Pidato Presiden SBY sesaat setelah terjadinya peledakan di hotel JW Marriott dan Ritz Carlton Mega Kuningan Jakarta, terus mendapat tanggapan dari berbagai pihak. Presiden dinilai tergesa-gesa mengaitkan aksi teror dengan pilpres. Apalagi, berdasar temuan aparat kepolisian, tak ada indikator keterlibatan peserta pilpres dalam kejadian tersebut.

Direktur Lingkar Madani (LIMA), Ray Rangkuti, di gedung Bawaslu Jakarta Pusat, Selasa (21/7), mengatakan, pernyataan Presiden itu sudah terbantahkan lewat temuan-temuan pihak keamanan. �Temuan itu secara tegas mengindikasikan teror dilakukan oleh pelaku lama dan tak terkait hasil pilpres,� ujar Ray bersama Yudi Latief, seniman Franky Sahilatua dan Chalid Mohammad.

Menurut juru bicara para aktivis yang tergabung dalam �Masyarakat Pengawal Demokrasi� ini, Presiden terlalu terburu-buru dengan pernyataannya. �Sebaiknya Presiden meminta maaf kepada rakyat Indonesia atas pernyataannya yang terlalu cepat dari realitas yang sesungguhnya,� ujarnya.

Ada 5 hal yang dipersoalkan. Pertama, pernyataan SBY bahwa telah terjadi kegaduhan di tingkat elite politik. Kedua, banyak pernyataan bernada menghasut dan memelihara suhu panas dan penuh permusuhan. Ketiga, ada rencana pendudukan KPU. Keempat, akan ada revolusi jika SBY menang. Kelima, ada pihak yang tidak menghendaki SBY dilantik.

Desakan agar Presiden meminta maaf juga datang dari anggota Komisi I DPR Yuddy Chrisnandi. �Untuk menjernihkan situasi, sebaiknya presiden meminta maaf secara terbuka kepada JK-Wiranto serta Megawati-Prabowo yang telah menjadi objek tuduhan,� ujarnya.

Menurutnya, SBY telah menerima begitu saja laporan intelijen dan mengeksposenya tanpa melakukan pendalaman kebenaran laporan itu. Hal itu, lanjut Yudy, membuktikan
bahwa lembaga intelijen tidak bekerja profesional karena memberi informasi yang keliru.

Sementara itu, saat meresmikan Museum Bank Indonesia di Jalan Pintu Besar Utara, Jakarta, Selasa, Presiden menegaskan, pemerintah menjamin jajaran keamanan mampu mengatasi aksi teror berupa ledakan bom Hotel JW Marriott-Ritz Carlton.

Kalau saya mengingatkan masyarakat tidak cemas tapi tetap waspada pada keganjilan di sekitarnya, semata-mata agar kita tidak lengah dan lalai. Sebab lengah dan lalai yang ditunggu kaum penjahat. Bukan menakut-nakuti,� ujar Presiden SBY kepada para pelaku usaha di dalam dan luar negeri.

Pada kesempatan itu SBY juga minta teror bom di hotel JW Marriott dan Ritz Carlton hendaknya jangan dibelokkan ke isu politik. Pasalnya ledakan bom itu merupakan isu keamanan dan hukum. �Jadi mari kita satukan hati dan pikiran kita, jangan dibelok-belokkan itu ke isu yang lain,� tegas SBY.

Menhan Juwono Sudarsono mengingatkan, kerja sama antiteror antara Indonesia dengan sejumlah negara dalam berbagai bentuk terus ditingkatkan. �Namun untuk kasus teror di Indonesia, kerja sama antaraparat Indonesia dan negara lain tetap harus di bawah kendali otoritas keamanan Indonesia,� tegas Menhan.

Kepala Desk Antiteror Kementerian Polhukam Ansyaad Mbai juga mengingatkan, Indonesia selama ini menjalin kerja sama antiteror dengan sejumlah negara, di antaranya Turki, Arab Saudi, Pakistan, Kuwait dan Afganistan. Kerja sama itu memfokuskan pada penanganan teror secara �soft power� tanpa mengabaikan kerja sama �hard power�.

Hal senada disampaikan KSAD Jenderal TNI Agustadi Sasongko Purnomo bahwa TNI menggunakan �soft power� dalam mengungkap setiap aksi teror berupa peledakan bom di Indonesia. Cara itu efektif untuk memperoleh informasi terkait keberadaan otak pelaku yang buron sekaligus pengungkapan jaringan secara keseluruhan. (Mgn/Edi/Sim/Ful)-n

Tidak ada komentar: