Selasa, 23 Juni 2009

Debat Cawapres Jangan Basa-basi

SINAR HARAPAN

Selasa, 23 Juni 2009 13:24


Debat Cawapres Jangan Basa-basi


OLEH: ROMAULI



Jakarta – Debat calon wakil presiden (cawapres) yang akan digelar Selasa (23/6) malam pukul 19.00 hingga 21.00 WIB di SCTV diharapkan tidak tenggelam dalam upaya menjaga citra dan kesantunan.



Sebab, perdebatan dan kesantunan tidak perlu bertabrakan. Jika didomininasi kesantunan, perdebatan terkesan basa-basi.

Pengamat politik dari Univesitas Indonesia, Andrinof A Chaniago, mengatakan kepada SH, di Jakarta, Selasa (23/6), gagasan debat cawapres kali ini jangan tenggelam dalam upaya untuk menjaga citra dan kesantunan saja, kendati pada prinsipnya kesantunan dan perdebatan itu tidak perlu bertabrakan.

“Kalau debat seru itu bukan berarti tidak santun. Jangan sampai didominasi kesantunan.

Semuanya jadi basa-basi, jangan hanya sekadar mengucapkan kata “setuju”, sehingga melanggar substansi yang berbeda,” kata Andrinof.

Dia berharap debat cawapres malam ini tidak hanya sekadar forum untuk memamerkan mimpi. Namun, yang diperlukan masyarakat adalah cara untuk mewujudkan mimpi yang dijanjikan.

Dari informasi yang diperoleh, KPU tampaknya tidak akan mengubah format debat kali ini. Namun, agar debat lebih menarik, sebelum dimulai, sebaiknya moderator harus mampu menjelaskan tujuan pokok untuk mewujudkan mimpi tersebut. Moderator juga harus tegas bahwa setiap penjelasan para cawapres harus sesuai dengan tema. Kalaupun ada pertanyaan yang menguntungkan salah satu cawapres, moderator harus piawai menanyakan kembali penjelasan tersebut kepada yang bersangkutan maupun kepada cawapres yang lain.

“Sehingga acara debat ini benar-benar acara debat. Bukan sekadar acara 'moderator bertanya, cawapres menjawab',” katanya.

Siap Dikritik

Debat cawapres dengan tema “Pembangunan Jati Diri Bangsa” ini akan menampilkan moderator Prof Dr Komaruddin Hidayat. Komaruddin mengaku siap dikritik atas kegiatan debat cawapres ini.

“Saya tetap tetap terikat dengan aturan. Saya juga kecewa karena tidak boleh mengejar dan tidak menghadapkan mereka langsung,” katanya kepada SH, Selasa.
Dia mengatakan, akan berusaha mengajukan pertanyaan agar yang diharapkan dari posisi pasangan cawapres ini muncul. Namun, dia tidak memungkiri, arah debat ini juga akan dipengaruhi dari jawaban dan penjelasan cawapres nanti. ”Kalau mereka memang mau di permukaan, sulit juga untuk memunculkan perbedaan,” katanya.

Tidak jauh beda seperti debat calon presiden (capres) sebelumnya, batasan waktu dua jam nanti malam, menurut Komaruddin, akan terbatas pada enam pertanyaan saja.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Center for Electoral Reform (Cetro) Hadar N Gumay berpendapat, sebaiknya format itu lebih diubah dan mengarahkan agar debat itu memberi ruang kepada moderator untuk menanyakan banyak hal. Mengingat tujuan debat itu pada prinsipnya memberi informasi kepada pemilih. Orientasinya ini memberi penjelasan kepada pemilih sehingga debat ini memberi informasi yang membedakan calon-calon yang ada.

“Debat itu harus diarahkan melalui peran moderator sehingga masyarakat bisa memilih,” kata Hadar.

Batasan bahwa moderator tidak boleh menarik kesimpulan atau memberi pendapat, kata Hadar, harus dibedakan dengan pengertian bahwa moderator boleh bertanya lebih jauh.
Menurutnya, jika bertanya lebih jauh itu bukan komentar atau pendapat. Momen debat ini, kata Hadar, juga akan menjadi ruang setiap cawapres untuk menjelaskan tentang visi dan misi mereka. Seperti Boediono yang memberikan penjelasan tentang visi dan misinya yang berkaitan dengan tema Pembangunan Jati Diri Bangsa. Kesempatan ini dapat menjadi sarana bagi Boediono menjelaskan tentang neoliberalisme.

Dari sisi tema debat, menurut Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia (Lima) Ray Rangkuti ,tema ini menguntungkan cawapres Prabowo dan Wiranto yang memang sejak awal konsentrasi dalam isu jati diri bangsa. Adapun Boediono diprediksi akan terpojok, setidaknya oleh pernyataan terakhir bahwa Indonesia tetap berutang, Indonesia akan tetap menjual aset-aset strategis. Kelemahan lain yang mungkin akan dialami Boediono karena dia bukan seorang debator.

Tidak ada komentar: