Kamis, 25 Juni 2009

JK Sindir Jingle Indomie SBY Saling Lempar Kelakar, Mega di Bawah Standar

FAJAR


Jum'at, 26-06-09 | 09:27 | 108 View


JK Sindir Jingle Indomie SBY
Saling Lempar Kelakar, Mega di Bawah Standar



JAKARTA -- Gelak tawa dan kelakar memenuhi studio Metro TV, Jakarta, malam tadi. Debat capres yang mempertemukan Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Jusuf Kalla berlangsung cair dan segar. Saling menyerang, tapi tidak menjatuhkan.

Masing-masing calon mengusung bala bantuan. Dari kubu Megawati ada ketua DPP PDIP Puan Maharani dan Sekjen Pramono Anung. Prabowo Subianto yang menjadi cawapresnya tidak hadir.

Begitu pula Jusuf Kalla (JK). Wiranto yang menjadi cawapresnya tidak hadir. Namun, pejabat teras Partai Golkar memadati tribun pendukungnya. Antara lain Ketua Tim Kampanye Nasional Fachmi Idris, Ketua DPP Burhanuddin Napitupulu, Priyo Budi Santoso, Sekjen Soemarsono, dan Fuad Bawazier.

Yang terlihat full team hanya capres Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dia datang bersama cawapres Boediono. Selain itu, Ketua Tim Sukses Nasional Hatta Rajasa datang. Begitu juga first lady Any Yudhoyono dan Edhie Baskoro Yudhoyono yang duduk tepat di belakang kursi SBY ketika break.

Dibandingkan putaran pertama, debat capres kemarin lebih menarik dengan lontaran jokes segar. Terutama JK yang sejak awal terus memancing SBY dan Megawati dengan sindiran bernada gurauan. SBY pun tak mau kalah. Namun, Megawati cenderung pasif.

Kelakar JK itu diawali sejak pemaparan visi dan misi. Mendapat giliran ketiga, JK menjelaskan tentang bagaimana upaya pengentasan kemiskinan. Dia mengatakan, lapangan kerja harus dibuka seluas-seluasnya. Yang bisa melakukannya selain pemerintah adalah penguasaha.

"Karena itu, kita tidak bisa menyalahkan pengusaha berambut hitam. Sebab, mereka memberi pekerjaan banyak orang," ujarnya lantas disambut tepuk tangan riuh hadirin yang memadati studio Metro TV.

Pernyataan JK itu tentu saja membalas sindiran SBY dalam sebuah kampanye. Kata SBY ketika itu, yang harus diwaspadai selain kapitalis dari luar negeri adalah kapitalis berambut hitam alias kapitalis dalam negeri. JK rupanya merasa pernyataan itu ditujukan kepadanya.

Tak berhenti sampai di situ, JK terus menyindir SBY dengan gurauan bernada sindiran. Ketika berbicara mengenai kemiskinan dan peran bulog dalam peningkatan nilai tukar petani, JK kembali melempar kelakarnya. "Kalau Pak SBY menggunakan lagu Indomie, itu berarti impor gandum kita terus tinggi," ujarnya disambut riuh penonton di studio.

SBY tak tinggal diam. Saat mendapat giliran menjawab, dia membalas pernyataan JK. "Mungkin yang dimakan Pak JK itu yang 100 persen gandum. Yang saya makan itu (mie) yang terbuat dari ketela, sagu, sukun," katanya sambil tersenyum lebar.

Upaya saling sindir itu rupanya mencairkan suasana debat yang sempat kaku. Usai sindirannya dijawab SBY, JK langsung mengulurkan tangannya mengajak bersalaman. SBY lantas meraih tangan JK dan merangkul pundak JK dari belakang. Mereka kemudian berjalan kembali ke bangku pendukung sambil terus terkekeh. Kejadian itu tak disorot kamera.

Tak hanya SBY yang menjadi sasaran sindiran JK. Megawati yang terlihat tegang pun ikut disasar. Ketika topik membicarakan mengenai kredit mikro, Aviliani menanyakan apakah perempuan mendapat prioritas pemberian kredit. "Itu sudah pasti. Perempuan memang lebih teliti dalam urusan uang. Bukan begitu Bu Mega," ujarnya. Sayang, Mega irit senyum.

Boediono yang duduk di tengah pendukung SBY pun ikut-ikutan disindir JK. Ketika membicarakan mengenai subsidi untuk masyarakat, JK mengatakan, bukan jumlah subsidi yang harus dikurangi. Tapi, obyek subsidi. Misalnya, kata dia, subsidi negara banyak digunakan untuk minyak gas dan pembangkit listrik.

"Untuk meringankan beban negara, kita konversi minyak gas ke elpiji. Listrik yang menggunakan solar, teknologinya harus kita ganti," katanya. Karena itu, dia pernah mengusulkan pembangunan pembangkit listrik untuk menyuplai energi sebesar 10.000 megawatt. "Itu dulu pernah ditolak sama Pak Boediono," ujarnya sambil memandang Boediono. Mantan Gubernur BI itupun hanya tersenyum kecil.

SBY pun terpancing menengahi. Dia mengakui, usul itu pernah ditolak. Sebab, saat itu belum ada garansi yang jelas. Namun, proyek tersebut akhirnya disetujui. "Iya, kalau tidak disetujui, listrik akan sering mati," ujarnya lantas terkekeh.

Megawati yang sejak awal irit senyum, lama kelamaan mulai terpancing. Ketika membahas Undang-Undang Tenaga Kerja, JK memaparkan mengenai revisi undang-undang tersebut agar bisa menguntungkan kedua belah pihak.

Megawati pun membalas. "Kalau Pak JK itu seperti itu karena kerja dulu ngikut saya," ujarnya. JK dulu adalah Menko Kesra di era pemerintahan Mega. JK pun menyahut. "Tapi baik kan bu kerja saya," ujarnya. Mega menggeleng. "Ya enggak dong," kata Mega dengan mimik cemberut lantas menahan senyum.

Iklan Tetap Dikeluhkan

Pengamat politik dari UI Andrinof Chaniago menilai suasana debat capres kali ini sudah jauh lebih baik dan mencerahkan bagi masyarakat. Menurut dia, Jusuf Kalla telah mempelopori membuat debat menjadi hidup.

Seiring itu, SBY juga mampu mengimbangi. "Sayangnya, Mega tidak banyak berubah dan sering menghilangkan kesempatan," katanya. Berapa point untuk ketiga kandidat? "Mega 6,5; SBY 8,5; dan JK 8,8," jawab Andrinof.

Komentar senada juga datang dari Burhanudin Muhtadi, peneliti senior LSI. Dia menyebut Mega masih tetap normatif, tidak fokus, dan terkesan tidak menguasai masalah. "Alih-alih bicara langkah konkret pengentasan kemiskinan, Mega sudah gagal mengidentifikasi masalah," cetusnya.

Salah satu penyebabnya, ungkap Burhan, Mega terlalu sering melihat masa lalu ketika dia menjadi presiden. "Mega lupa sentimen publik terhadap pemerintahannya dulu cenderung negatif," kata Burhan.

Sebaliknya, SBY sangat sistematis dan tampak berupaya keras menjual klaim keberhasilan pemerintahannya. Mulai soal penurunan angka kemiskinan, PNPM, sampai BLT. "SBY mengajukan solusi pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Tapi, SBY juga kurang memberi langkah-langkah konkret," ujarnya.

Burhan menilai, Jusuf Kalla justru berhasil menampilkan diferensiasi dari kandidat yang lain. Salah satunya dengan memunculkan ide-ide yang �tidak lazim�, seperti penurunan suku bunga bank untuk menghidupkan aktivitas ekonomi. JK, imbuh Burhan, juga sukses menyindir SBY dengan sangat elegan dan mengena. Misalnya, saat JK menyindir iklan SBY yang memakai jingle sebuah produk mie instant.

"Kesimpulannya, JK menjadi bintang debat malam ini dengan point 8,5. Penampilan SBY stardar saja dengan point 7. Sedangkan, Mega di bawah standar dengan point 4," kata Burhan.

Direktur Lingkar Madani (Lima) untuk Indonesia Ray rangkuti menyayangkan tampilan iklan niaga yang tetap marak. Intensitasnya antara 5-11 kali di setiap jeda iklan. Sedangkan, iklan capres Megawati tampil 9 kali, SBY 5 kali, dan JK 2 kali.

"Sejujurnya iklan ini membuat tensi menurun. Bawaslu harus segera memanggil KPU untuk menjelaskan soal iklan. Sebab, anggaran debat ini berasal dari negara," tegasnya. (aga/pri)

Tidak ada komentar: