Rabu, 24 Juni 2009

Debat terkubur iklan

DUTA MASYARAKAT

Rabu, 24 Juni 2009

Debat terkubur iklan
GAYA WIRANTO DINILAI PALING POSITIF



SAMA dengan debat calon presiden (capres) 18 Juni lalu, acara debat calon wakil presiden (cawapres) yang menghadirkan cawapres Prabowo Subianto, Boediono, dan Wiranto, di Studio SCTV Senayan City, Jakarta Selatan, Selasa (23/6) tadi malam, dinilai masih kaku. Bahkan lebih membosankan ketimbang debat capres. Roh acara malah terkubur oleh dominasi iklan.

Dalam acara itu masing-masing kontestan Pilpres tidak melakukan debat atas visi misi yang dipaparkan. Hanya cawapres pasangan capres Muhammad Jusuf Kalla (JK), Wiranto, yang melakukan debat saat mengkritisi jawaban cawapres Boediono. Wiranto juga mengkritisi kebijakan pemerintah saat ditanya moderator, Komarudin Hidayat, soal seringnya terjadi kecelakaan transportasi dengan banyak korban jiwa. Tampak Wiranto memaparkan lebih gamblang masalah itu ketimbang dua cawapres lain. Dengan sedikit menyindir pemerintah dia menekankan pentingnya reward dan punishement. ?Sekali musibah, dua kali kelalaian, lebih dari itu ketidakpedulian,? sindir Wiranto. Cawapres dari Partai Hanura ini berpendapat, reward dan punishment harus diterapkan. Untuk itu dalam masalah ini tanggung jawab ada di pemerintah. ?Tanggung jawab teknis setiap jenjang ada tahapannya. Karena itu yang pertama adalah perbaikan sistem,? kata Wiranto.

Dua cawapres lain juga berpendapat harus ada perbaikan sistem transportasi. ?Kalau kita tanya siapa yang bertanggungjawab, tiap tahun kita mungkin punya 12 Menhub. Lebih baik mari kita cari akar masalahnya, sistem harus kita koreksi,? papar Prabowo.

Hal senada dikatakan Boediono. ?Peralatan yang tua, pengawasan yang tidak jalan, pelanggaran ketentuan, masalah-masalah yang menyangkut alam, cuaca. Ini semua kompleks, bukan berarti kita tidak melakukan apa-apa,? kata Boediono.

Saat ditanya lagi oleh moderator apakah pejabat yang bersalah perlu mengundurkan diri sebagai bentuk pertanggungjawaban moral, ketiga cawapres kompak tidak perlu mundur. Prabowo lalu mengatakan jika pejabat yang bersalah harus mundur bisa jadi Indonesia memiliki 12 menteri perhubungan dan 12 panglima TNI karena tiap bulan harus ganti. ?Kalau kita mau menerapkan sistem seperti di Jepang, tiap tahun kita akan punya 12 menteri perhubungan atau 12 panglima TNI,? katanya.

Boediono secara implisit juga menyatakan pejabat yang bersalah tidak perlu mundur. Sebab sebuah masalah biasanya tidak memiliki penyebab tunggal tapi merupakan kombinasi dari sekian banyak aktor yang terlibat. ?Harus kita lihat secara sistemik,? katanya.

Wiranto secara eksplisit tidak menyinggung apakah pejabat yang bersalah perlu mundur atau tidak. Namun dia menekankan perlunya reward and punishment bagi siapa pun yang bersalah.

Menurut dia, ada tiga tahapan tanggung jawab yang harus diterapkan yakni konstitusional, moral, dan teknis. Konstitusional adalah tanggung jawab yang dimiliki pemerintah, moral adalah tanggung jawab menyeluruh masyarakat, dan teknis adalah tanggung jawab dari petugas terkait.

Wiranto juga sempat mendebat Boediono saat berpendapat tentang agama dan negara. ?Pendapat Pak Boediono terlalu normatif. Tidak menyentuh substansi yang ditanyakan,? katanya sambil senyum. Boediono ikut membalas senyum sambil melirik ke arah Wiranto.

Saat menjawab pertanyaan itu, Boediono berpendapat agama harus dipisahkan dengan politik praktis. Agama harus ditempatkan lebih tinggi dari politik. Agama yang masuk dalam ranah politik akan mengurangi nilai-nilai luhur yang terkandung dalam agama tersebut.

Menurut Wiranto, agama tetap perlu masuk ke ranah politik. Namun, katanya, agama dalam ranah politik harus menjadi nilai bagi pelaku politik. ?Dengan memegang teguh nilai agama, perilaku politik kita akan santun dan bermoral. Agama dalam ranah politik untuk menjaga moralitas kita,? papar Wiranto disambut tepuk tangan hadirin.

Visi dan misi

Sebelumnya tiga cawapres memaparkan visi misi mereka. Terutama soal pembangunan diri bangsa. Menurut Prabowo, pembangunan jati diri tidak akan berhasil tanpa pembangunan ekonomi. Prabowo lalu menyebut soal kemiskinan dengan menunjukkan selembar uang Rp 20 ribu.

?Cita-cita kita ingin membangun masyarakat yang merdeka, berdaulat, adil, dan makmur. Tidak ada jati diri bangsa yang bisa lepas dari kemakmuran. Bila miskin bangsa itu akan punya jati diri lemah,? katanya.

Prabowo prihatin bangsa yang telah merdeka secara politik selama 64 tahun ini masih ditinggali oleh sekian banyak orang miskin. Berdasarkan standar Bank Dunia, kata Prabowo, hampir 50 persen penduduk Indonesia yakni 115 juta orang, hidup dengan kurang dari Rp 20 ribu per hari.

?Mereka hidup dengan kurang dari Rp 20 ribu,? tegas Prabowo seraya mengeluarkan selembar uang Rp 20 ribu dari saku kemeja batiknya dan membebernya ke arah hadirin.

?Kalau di Senayan City, satu cangkir saja tidak bisa kita beli,? kata mantan Pangkostrad ini dengan penuh semangat.

Dia mengatakan, kekayaan Indonesia selama ini terus mengalir keluar dan tidak dinikmati oleh bangsa sendiri. Jika itu tidak dihentikan, Prabowo yakin pembangunan jati diri bangsa akan gagal.

?Tidak bisa kita membangun jati diri tanpa menyelesaikan masalah kunci, yakni menyelamatkan kekayaan agar tidak bocor ke luar negeri,? tegasnya.

Untuk mewujudkan itu, Prabowo bersama capres Megawati berjanji menerapkan ekonomi kerakyatan. Dengan ekonomi kerakyatan, kekayaan Indonesia bakal dinikmati seluruh masyarakat secara merata, tidak hanya oleh segelintir orang yang diuntungkan dengan sistem.

Sementara Boediono yang mendapat kesempatan kedua menekankan pentingnya pendidikan kebudayaan nasional, politik nasional, ekonomi nasional, dan penegakan hukum nasional. Menurutnya, pembangunan dalam hal pendidikan dan kebudayaan dimulai dengan mempertahankan aset-aset berharga seperti menjaga bahasa nasional.

Dalam bidang politik, Boediono mengutip pernyataan Proklamator RI Bung Hatta untuk memuji sistem demokrasi. ?Bung Hatta pernah mengatakan kebangsaan kita akan lestari jika menerapkan demokrasi dengan tepat,? katanya.

Saat tiba giliran memaparkan visi misi, cawapres Wiranto membuka dan menutup pemaparannya dengan lagu. Wiranto yang mengenakan baju polos lengan panjang mengawali dengan menyapa cawapres Prabowo, KPU, dan Boediono. Setelah itu dia menyanyikan lagu Indonesia Raya. ?Bangunlah jiwanya bangunlah badannya untuk Indonesia Raya??

Wiranto mengatakan, bangsa yang tidak memiliki jati diri tidak akan punya martabat dalam bergaul dengan dunia luar. Karena itu harus ada upaya cepat untuk membangkitkan jati diri bangsa.

?Tidak mudah mewujudkan jati diri bangsa. Dibutuhkan kebersamaan dari seluruh masyarakat. Dibutuhkan kepemimpinan yang lebih cepat berpikir, lebih cepat bertindak, dan lebih berani mengambil keputusan yang berisiko tinggi,? kata Wiranto seraya tak lupa menyinggung slogannya bersama Jusuf Kalla (JK), lebih cepat lebih baik. Lalu Wiranto kembali menyanyikan lagu Ibu Pertiwi.

?Kulihat ibu pertiwi, sedang bersusah hati. Kini ibu sedang lara, meratap dan berduka??

Didominasi iklan

Debat Calon Wakil Presiden putaran pertama ini dinilai sama membosankan dengan debat calon presiden pekan lalu. Debat seru tentang berbagai argumen yang dibayangkan banyak orang masih juga belum terlihat, meski sebelumnya acara ini banjir kritikan. Kali ini kesan formalitas dan kaku dalam acara tersebut masih ?terlihat. Acara makin tidak menarik ketika moderator Komarudin Hidayat justru terlihat dominan dengan pertanyaan-pertanyaan panjang dan bertele-tele. Dan ketiga cawapres sering mengeluarkan kata sepakat terhadap argumen masing-masing saat menanggapi pertanyaan moderator.

Direktur Lingkar Madani Ray Rangkuti menilai debat cawapres jauh lebih mengecewakan. Dia berpendapat jalannya acara sama sekali tidak berkembang seperti yang diharapkan. Isu yang ditampilkan tidak jelas. ?Definisi jatidiri bangsa tidak jelas. Apa yang disampaikan para cawapres jadi ikut tidak jelas,? kata Ray saat dihubungi Duta, Selasa tadi malam.

Ray justru mempertanyakan cara pengelolaan dan pengemasan acara. Dia melihat durasi selama dua jam lebih banyak disuguhi iklan. Baik iklan niaga maupun iklan capres dan iklan KPU. ?Dalam catatan kami, setidaknya tiap jeda ada 5-7 iklan niaga. Iklan capres paling banyak yakni sebanyak 4 kali,? ?ungkapnya.

Menurut Ray, sajian iklan juga tidak seimbang. Iklan capres terbanyak adalah pasangan SBY-Boediono, yakni 4 kali, Mega-Pro 3 kali dan paling sedikit iklan pasangan JK-Win yakni 2 kali. Iklan KPU satu kali dan iklan satu putaran 1 kali. ?Iklan niaga telah berlebihan. KPU wajib menjelaskan kontrak mereka dengan pihak televisi. Semua harus transparan dijelaskan kepada masyarakat,? katanya.

Ray menegaskan, Bawaslu juga sebaiknya menegur KPU. Bawaslu harus meninjau kontrak tersebut agar lebih bisa diketahui masyarakat. ?Ke mana dana negara dan dana pemasukan iklan. Ini harus bisa dipertanggungjawabkan,? ucapnya.

Lebih dari itu, sambung Ray, ?bobot debat yang disiarkan langsung oleh SCTV itu sangat di bawah standar debat yang dilakukan oleh pihak lain. ?Ini program basa-basi yang dikelola setengah hati atau program iklan dengan selingan acara debat. Ubah lagi format debat agar lebih seru,? katanya.

Anggota KPU Andi Nurpati Baharuddin saat dihubungi membenarkan moderator memegang peranan terpenting membuat debat calon wakil presiden berlangsung hidup dan menarik. KPU sebelumnya berharap moderator lebih mengkreasikan pertanyaan.

?Fungsi moderator adalah mengatur lalu lintas debat,? katanya.

Karena itu, lanjut dia, moderator bisa saja melakukan kreasi terhadap apa yang ditanggapi atau diungkapkan calon. ?Supaya antar calon ada adu konsep, adu argumen terhadap visi, misi dan program yang disampaikan,? katanya menanggapi debat calon presiden 18 Juni lalu yang mengundang kontroversi. Debat dinilai tidak lebih dari seminar monolog. Pengamat menilai sangat garing, monoton, dan tidak memunculkan perdebatan.

Solusi lain, kata Andi, para kandidat lebih mengeksplorasi visi, misi, dan program. Kunci meriahnya debat tergantung para kandidat. Bagaimana antara calon yang satu dengan lain saling beradu argumen tentang perbedaan konsep yang ditawarkan lima tahun ke depan. Tapi harapan Andi itu tak terjadi saat debat tadi malam.

KPU memang memberi sentuhan yang sedikit berbeda pada acara ini yakni pada dekorasi panggung yang berbentuk lingkaran dengan penonton duduk melingkari panggung. Posisi berdiri para cawapres dibuat lebih berdekatan. Tidak ada MC yang memandu acara ini.

Dekor ini berbeda dengan debat capres yang digelar 18 Juni lalu. Saat itu para capres berdiri secara berjajar agak berjauhan. Penonton berada di depan deretan capres dan tidak dibuat melingkar. Acara terlebih dulu dipandu oleh MC, Helmi Yahya, sebelum diserahkan ke moderator, Anies Baswedan.

Debat kali ini dibuka dengan lantunan lagu dari sang maestro Ebiet G. Ade yang berjudul ?Sketsa Rembulan Emas?. Sedangkan debat lalu dibuka oleh musisi kondang Iwan Fals.

Acara ini sebenarnya menarik sebab Boediono yang sipil menghadapi dua orang mantan jenderal, Wiranto dan Prabowo Subianto. Dan pamor Boediono seolah tenggelam oleh dua jenderal.

Sebelumnya Ketua DPP Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, mengatakan Boediono maju bersama Susilo Bambang Yudhoyono ke pemilihan presiden itu tetap dalam posisi siap. ?Karena forumnya debat. Bukan perang, bukan pula untuk mengatasi kelompok kritis, tidak pula untuk mengantisipasi dampak jajak pendapat di Timor Timur,? kata Anas.

Apalagi, kata Anas, materi yang diangkat dalam debat kandidat wakil presiden tentang jatidiri bangsa.

Itu sebabnya, Anas mengatakan Boediono sudah siap dan tidak kaget dengan tema debat itu. ?Saya yakin, apa yang dikatakan dalam debat sangat nyambung dengan otentisitas karakter pribadinya,? kata Anas. ?Saya yakin Boediono akan tampil dengan dirinya sendiri yang memang berlatar belakang sipil,? katanya.n

Tidak ada komentar: