Kamis, 25 Juni 2009

Debat Mulai "Menggigit"

KOMPAS


Debat Mulai "Menggigit"



Jumat, 26 Juni 2009 | 03:18 WIB



Jakarta, Kompas - Harapan untuk mendapatkan pertukaran ide dan gagasan mulai muncul dalam debat calon presiden yang berlangsung di studio MetroTV, Kamis (25/6) malam. Calon presiden, terutama M Jusuf Kalla, secara lugas maupun implisit memperlihatkan pandangan yang berbeda dari calon lain.

Secara umum, perdebatan bertema ”Mengentaskan Kemiskinan dan Pengangguran” yang dipandu ekonom Aviliani ini berlangsung lebih cair ketimbang pelaksanaan debat sebelumnya. Aviliani, misalnya, mempersilakan para capres berjalan di sekitar panggung.

Jusuf Kalla pun beberapa kali keluar dari podiumnya saat menanggapi pertanyaan moderator. Sementara Megawati Soekarnoputri maupun Susilo Bambang Yudhoyono tetap bertahan di podium mereka selama perdebatan.

Saling lempar pernyataan yang ”menyerang” pun mulai terlihat. Kalla, misalnya, memberikan tekanan pada soal iklan kampanye Yudhoyono yang merupakan adaptasi iklan produk mi instan yang ia kaitkan dengan impor gandum, soal penjaminan untuk proyek listrik, kinerja tim negosiasi ulang penjualan gas Tangguh, serta konsep bantuan langsung tunai.

Sebaliknya, SBY pun mencoba membalasnya. Misalnya, kritik Kalla yang menyatakan bahwa konsumsi mi instan hanya meningkatkan impor gandum dibalas SBY bahwa bahan mi pun bisa dicampur dengan sagu atau singkong, tidak melulu gandum.

Visi dan misi

Mengawali debat, dalam penyampaian misi dan visi tentang pengentasan kemiskinan dan pengangguran, Megawati menekankan pentingnya dihidupkan lagi prinsip gotong royong serta memberikan perhatian lebih pada keberadaan Indonesia sebagai negara kepulauan dengan segala kekayaan sumber daya alamnya.

Sementara Yudhoyono mengingatkan bahwa pengentasan kemiskinan dan pengangguran merupakan proses berlanjut. Bahkan, di negara-negara dengan pertumbuhan tertinggi di dunia, seperti China dan India, pun penurunan secara tajam tidak bisa dilakukan. Sebagai capres yang memegang posisi incumbent, SBY menuturkan beragam langkah dan pencapaian pemerintahan dalam lima tahun terakhir.

Dua pendekatan ditekankan capres dengan nomor urut 2 ini, yaitu mendorong pertumbuhan ekonomi dan intervensi pemerintah untuk membantu rakyat miskin.

Kalla memfokuskan misi pengentasan kemiskinan dengan mendongkrak sektor pertanian dan perniagaan. Kedua sektor ini menyerap sekitar 60 persen tenaga kerja di Indonesia saat ini.

”Memberikan ikan dan pancing tidak cukup. Sekarang bangsa ini harus sanggup bikin sendiri perahu dan pancingnya. Tumbuh dengan kemampuan sendiri, bukan hanya kirim TKI ke luar negeri dengan banyak masalahnya,” ujar JK.

JK berulang kali mengkritisi pandangan ekonomi capres SBY dan cawapresnya, Boediono. Menanggapi kritik yang dilontarkan JK dengan gaya rileks itu, SBY pun berulang kali memberikan klarifikasi.

Pada kesempatan lain, JK juga mengkritik Mega terkait dengan penetapan harga jual gas Tangguh yang amat rendah. Harga jual gas itu saat ini sudah dinegosiasikan kembali. ”Tetapi, entah kenapa tim Pak SBY jalannya lambat sekali,” ujar JK yang disambut riuh penonton.

Dalam kapasitas sebagai wapres, JK sempat menginisiasi ulang harga jual gas Tangguh. Namun, saat ini tim negosiasi yang dipimpin menteri koordinator ekonomi yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden.

Kritik juga kembali dilontarkan JK ketika menyampaikan perlunya penurunan imbal hasil obligasi syariah. ”Yield sukuk 11 persen itu terlalu tinggi, maaf Pak, kita sama-sama di pemerintah, tapi entah kenapa itu jadinya mahal, saya sudah bilang di sidang kabinet, itu terlalu mahal,” ujar JK.

Diapresiasi

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Benny Soetrisno menilai, SBY menyampaikan pemikirannya dengan sistematis dan komprehensif, tetapi belum jelas bagaimana ide itu dapat dicapai. ”Pak SBY punya kehendak bagus, tetapi bagi kami belum terlihat bagaimana kehendak yang bagus itu akan dicapai,” ujar Benny yang juga Ketua Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia.

SBY dan Megawati, menurut Benny, juga belum menawarkan langkah terobosan dalam penciptaan lapangan kerja. ”Penyampaian Megawati masih banyak pada tataran filosofis,” ujarnya.

Sementara JK menawarkan langkah yang relatif lebih konkret. Ia menegaskan pentingnya Undang-Undang Ketenagakerjaan segera direvisi demi kepentingan tenaga kerja maupun pengusaha. JK juga menegaskan, penghentian ekspor gas selama kebutuhan domestik belum terpenuhi serta perlunya Bank Indonesia lebih agresif mendorong penurunan bunga kredit.

Jalannya debat diapresiasi oleh Koordinator Nasional Komite Pemilih Indonesia Jeirry Sumampouw dan Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia Ahmad Fauzi Ray Rangkuti. Bagi Jeirry, debat lebih cair dan rileks serta lebih hidup ketimbang dua kali debat sebelumnya sekalipun substansi debat belum tampak optimal karena tidak ada saling tanya antarcalon.

Menurut Ray, pancingan Kalla membuat situasi debat menjadi lebih menarik. Hal itu membuktikan bahwa debat bukanlah sesuatu yang mesti ditakuti.

Debat antarcalon wakil presiden akan dilaksanakan Selasa mendatang dengan tema ”Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia”. Debat terakhir calon presiden akan diselenggarakan pada 2 Juli mendatang, bertema ”NKRI, Demokrasi, dan Otonomi Daerah”. (DIK/SIE/DAY)

Tidak ada komentar: