Kamis, 25 Juni 2009

Esensi Debat Malah Hilang

KOMPAS


Esensi Debat Malah Hilang


Kamis, 25 Juni 2009 | 03:29 WIB


Jakarta, Kompas - Pelaksanaan debat antarcalon presiden dan antarcalon wakil presiden jauh dari harapan. Bahkan format debat dianggap telah menjauh dari esensi debat yang dirumuskan saat pembahasan Undang-Undang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.

Mantan anggota Panitia Khusus RUU Pemilu Presiden, Agun Gunandjar Sudarsa, di Jakarta, Rabu (24/6), menyebutkan, nuansa debat tidak terasa dalam dua kali debat yang telah terlaksana.

Dengan format debat yang merupakan kesepakatan KPU sebagai penyelenggara pemilu dan juga tim kampanye pasangan calon, jelas ada distorsi dari niatan awal saat pembahasan RUU Pemilu. Pertukaran ide dan pendalaman gagasan tidak pernah muncul, debat pun sekadar menjadi tontonan. Kesempatan calon untuk saling bertanya juga tidak diberikan. Sikap progresif pansus saat merumuskan ketentuan soal debat tidak terterjemahkan dengan baik saat pelaksanaan. ”Itu bukan debat, malahan seperti cerdas cermat,” kata Agun.

Dengan tiga kali debat yang masih bakal diselenggarakan, mau tidak mau KPU dan tim kampanye mutlak mesti memperbaiki format debat. KPU mesti tegas mendudukkan acara debat sebagai bagian pendidikan kepada pemilih. Jika ada tim kampanye yang keberatan, KPU mesti terbuka mengumumkannya ke publik. ”Buka saja siapa calon yang tidak reformis,” kata Agun.

Secara terpisah, mantan anggota Pansus RUU Pemilu Presiden, Effendy Choirie, menilai acara debat kehilangan esensi. KPU gagal merumuskan tema yang dikehendaki dalam UU Pemilu Presiden dan juga dalam memformat acara. Bahkan dua kali penayangan debat calon di televisi lebih didominasi oleh iklan, justru ketika UU Pemilu Presiden sudah menegaskan bahwa debat dibiayai anggaran negara.

Amat disayangkan jika acara penting tersebut kemudian malah dijadikan kesempatan stasiun televisi swasta untuk menggaet iklan sebanyak-banyaknya. Menurut Effendy, mestinya KPU mempertimbangkan penayangan debat calon di TVRI yang merupakan televisi publik.

Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia (Lima) Ahmad Fauzi Ray Rangkuti menilai debat calon wapres lebih mengecewakan. Debat sama sekali tidak berkembang, isunya pun tidak jelas karena pendefinisian jati diri yang tidak jelas. Bahkan, katanya, rakyat lebih banyak disuguhi iklan yang telah menjurus pada komersialisasi acara.

Lima mencatat, setidaknya dalam setiap jeda terdapat 5-7 iklan niaga. Hal itu dinilai sudah berlebihan.

Monoton

Badan Pengawas Pemilihan Umum menilai pelaksanaan debat capres dan cawapres masih monoton sehingga tema-tema substansial yang dibutuhkan warga sebagai pengayaan preferensi untuk memilih belum tersampaikan dengan baik.

Ketua Bawaslu Nur Hidayat Sardini mengatakan hal itu pada acara bimbingan teknis pengawasan pemilu di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Rabu. ”Kami tidak boleh menilai secara materi, tetapi pelaksanaan debat masih terlalu mekanis atau monoton. Tema-tema kurang dieksplorasi,” katanya.

Moderator yang sebenarnya dapat berperan sebagai wakil masyarakat dinilai belum mengeksplorasi semua yang diungkapkan pasangan capres-cawapres. ”Dalam poin-poin tertentu sudah didapat, tetapi masih banyak hal yang masih dapat digali lebih dalam,” ujarnya. (DIK/CAS)

Tidak ada komentar: