SUARA PEMBARUAN
2009-07-01
JK Inginkan Debat Lebih Keras
[MATARAM] Calon presiden (capres) Jusuf Kalla (JK) menginginkan debat capres putaran terakhir, Kamis (2/6), akan berlangsung lebih keras, namun tetap dalam batas kesantunan masyarakat Indonesia. Ada saling silang pendapat antarketiga kandidat capres.
"Antarketiganya perlu ada saling cross chek tentang apa yang disampaikan sehingga memberikan keyakinan akan kebenaran dari apa yang diucapkan," kata Juru Bicara Tim Kampanye Nasional JK-Wiranto, Yuddy Chrisnandi di pesawat dari Manado, Sulawesi Utara menuju Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Selasa (30/6).
Kalau bicara tentang bagaimana mengatasi konflik, publik harus tahu siapa yang paling berperan dalam proses perdamaian Aceh, Ambon, dan Poso. JK sebagai yang berperan besar menjadi juru damai konflik Aceh dan pemrakarsa perdamaian dalam konflik Ambon dan Poso. Tidak ada salahnya, agar publik mengetahui hal yang sesungguhnya, katanya.
Yuddy menampik usulan tim kampanye kandidat lain yang menginginkan agar debat berlangsung lebih santun, tidak perlu saling menyerang, dan membuka hal-hal yang tidak perlu. "Masyarakat suka gaya Pak JK di debat putaran kedua yang mampu mencairkan suasana. Kami yakin, Pak JK siap memenangi opini pada debat besok," ujarnya.
Debat harus dibuat semenarik mungkin. Karenanya moderator diharapkan memberi kesempatan capres untuk berdebat dan jangan terlalu kaku.
Tema debat capres tentang isu NKRI dan Otonomi Daerah, bagi tim kampanye JK-Wiranto juga merasa di atas angin. Masalah NKRI dan otonomi daerah adalah bidang pekerjaan JK sehari-hari selaku Wakil Presiden, katanya.
Mengenai polling selama debat, dan menunjukkan selalu pasangan SBY-Boediono yang tertinggi, Yudhi mengatakan, sebagai tidak valid. Debat belum dimulai tiba-tiba angka SBY sudah 50 persen. Juga tak jelas polling itu, apakah mengenai penilaian kandidat, poling dukungan atau apa. Maksud polling itu tidak jelas. Tujuannya apa. SMS itu bisa dibeli.
Sementara itu, Direktur Lingkar Madani untuk Indonesia (Lima) Ray Rangkuti mengatakan, debat calon wakil presiden (cawapres) tahap kedua, Selasa (30/6), dinilai kembali mengulang format debat cawapres tahap pertama yang monoton dan bersuasana dialog.
Saling Mendukung
Dikatakan, selain minim perdebatan, para cawapres juga cenderung saling mendukung gagasan yang dipaparkan terkait dengan beberapa pertanyaan menyangkut pembatasan industri rokok, program keluarga berencana, dan jaminan sosial secara merata kepada seluruh rakyat.
"Karena format debat tidak berubah, pertanyaan terkait tema sosial pasti mengundang jawaban yang sama, sebab itu menjadi tujuan berbangsa dan bernegara yang diusung setiap pasangan capres dan cawapres," katanya.
Menurut dia, para cawapres nyaris tidak memberikan gagasan yang menyentuh sisi teknis untuk lima isu yang diperdebatkan terkait peningkatan kualitas manusia Indonesia, baik dari sisi pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup, kependudukan, maupun jaminan sosial.
Hal senada diungkapkan Koordinator Pemilu Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi (Sigma), Said Salahudin. Menurutnya, acara debat cawapres putaran kedua justru turun kelas dan menjadi langkah mundur bagi KPU. [J-11/J-9]
Kamis, 02 Juli 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar