Kamis, 26 Maret 2009

Analisis Pengamat : Ingat, Popularitas Bukan Jaminan


INDONESIA MONITOR

23 February 2009

Analisis Pengamat : Ingat, Popularitas Bukan Jaminan

Ray RangkutiSAAT ini, ada kecenderungan baru di Partai Golkar bahwa calegnya lebih popular ketimbang partainya. Sementara di PDIP, kondisinya fiftyfifty alias sama kuat. Sedangkan di PKS, PPP, dan PAN, faktor partai politik lebih dominan ketimbang faktor caleg. Demikian dikatakan Direktur Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti kepada Indonesia Monitor.



Kata Ray, secara umum peta politik di Jakarta tetap dikuasai oleh PKS, PDIP, Golkar, PPP, dan Partai Demokrat. “Kalau partai baru, sebaiknya berharap di luar Jakarta,” ujar Ray.



Makanya, kata Ray, ketika seorang Arief Mudatsir Mandan yang pada Pemilu 2004 bertarung di Dapil Jawa Tengah II dan kini berjuang di Dapil Jakarta I, hal itu tak terlalu berpengaruh. “Itu tidak masalah karena Jakarta ini memang basis PPP juga. PPP itu 5 sampai 7 persen pemilih tradisionalnya ada di Jakarta.”



Ketika bicara tentang figur lain yang bertarung di Dapil Jakarta I (Jakarta Timur) ini, Agung Laksono harus diakui memiliki popularitas di atas rata-rata caleg lainnya. “Tapi belum tentu elektabilitasnya (keterpilihannya) tinggi. Namun, dilihat dari popularitasnya, Agung bisa punya kans,” ujar Ray.



Menurut Ray, sorotan terhadap rekam jejak Agung Laksono pasti akan terus bermunculan. “Jadi, Agung populer, tapi jejak rekamnya bisa menjadi kendala.”



Mengenai peluang caleg yang bertarung di dapil ini, Ray mengatakan peluang artis dan pejabat negara masih fifty-fifty.



“Ini tergantung usaha mereka. Mereka kan punya rekam jejak, ada yang positif dan negatif. Tinggal bagaimana mereka mengompromikan antara yang positif dan negatif itu ke publik.”



Masih kata Ray, faktor intelektual juga menjadi catatan penting yang akan diperhatikan para pemilih. Selain itu, ada faktor lain yang akan menjadi pertimbangan pemilih, antara lain memilih caleg yang kelihatannya tidak akan korupsi. “Oleh karena itu diharapkan setiap caleg hidupnya cukup, cukup bagi dia dan keluarganya. Sehingga orang tidak mendapat kesan kalau dia mau jadi caleg itu karena alasan cari pekerjaan.”



Setelah dua faktor di atas, pemilih akan melihat program yang dicanangkan sang caleg. “Sesudah itu baru macam-macam, popularitas macam kaya artis, hubungan suami istri, hubungan dengan para kiai-kiai, agama.”



Ditanya apakah campur tangan tokoh masyarakat masih akan diperhatikan oleh pemilih, Ray meragukannya. Katanya, pemilih akan melihat langsung caleg yang bersangkutan. “Jadi, faktor eksternal itu tidak terlalu dipertimbangkan lagi.”



■ Immanuel T Sitanggang

Tidak ada komentar: