Kamis, 05 Maret 2009

Manuver Kalla dan Peluang Kandidat Keempat

GATRA



[Laporan Utama, Gatra Nomor 17 Beredar Kamis, 5 Maret 2009]

Manuver Kalla dan Peluang Kandidat Keempat

Jusuf Kalla makin memantapkan diri sebagai calon presiden. Itu dibuktikannya ketika berpidato di hadapan ribuan kader dan pengurus Partai Golkar Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat di Makassar, Ahad lalu. ''Ada yang bilang, pemerintahan SBY-JK sudah baik. Tapi, jika Golkar jadi presiden, kita bisa lebih baik dan lebih cepat untuk memberi arah pembangunan bangsa ini,'' katanya, mantap.

Jusuf ''JK'' Kalla bukanlah orator ulung yang meledak-ledak, meski ia pembicara yang baik dan tak membosankan karena selalu pandai menyelipkan guyonan segar. Tapi, Ahad lalu itu, Wakil Presiden RI ini betul-betul tampil bak orator yang sedang membakar semangat audiensnya.

Untuk pertama kalinya, seperti tergambar dalam kalimat lugasnya tadi, Kalla terkesan "mengecilkan" Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan menempatkan dirinya sendiri sebagai yang ''lebih baik'' dan ''lebih cepat'' seandainya jadi presiden. Tak ayal, tepuk tangan hadirin pun bergemuruh, dibarengi dengan teriakan lantang: ''Betul! Betul!'' dan ''JK for president!''

Rapat akbar pimpinan Partai Golkar se-Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat yang dipusatkan di ballroom Hotel Clarion, Makassar, itu boleh dibilang menjadi milik Kalla. Seluruh kader dan pengurus Golkar di dua wilayah itu mendukung penuh Kalla. Semuanya mendorong saudagar asal Bugis itu maju sebagai calon presiden (capres). Dukungan ini disampaikan dalam bentuk pernyataan sikap.

Makin jelas sudah bahwa Kalla sangat serius maju sebagai capres. Ia tampaknya tidak memusingkan hasil-hasil survei yang menempatkan elektabilitasnya sebagai capres masih sangat rendah. Jauh di bawah SBY, Megawati, dan sejumlah capres alternatif lainnya, seperti Sultan Hamengku Buwono X, Prabowo Subianto, dan Wiranto.

Ketika Kalla menyatakan kesediaannya menjadi capres, dua pekan silam, banyak pihak meragukannya. Ray Rangkuti, misalnya, menilai Kalla sebetulnya tak siap maju dan masih berharap meneruskan duet SBY-JK. ''Kesediaan Kalla maju hanya untuk memuaskan internal Golkar. Sebagai partai besar, Golkar tak mau dianggap remeh karena tak punya calon presiden sendiri,'' kata Direktur Lingkar Madani untuk Indonesia itu.

Ray pun melihat, desakan kuat agar Golkar segera memunculkan capres, antara lain, juga dipicu pernyataan Ahmad Mubarok, Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, yang dinilai melecehkan Golkar karena memperkirakan partai berlambang beringin itu cuma bakal mendulang 2,5% suara dalam Pemilu 2009. Padahal, pada Pemilu 2004, Golkar meraup suara terbanyak, 21,62%.

Selain itu, berdasarkan pengamatan Ray, Golkar pun sebetulnya mulai merasa tak nyaman lantaran melihat ketua umum mereka selaku wakil presiden belakangan ini terkesan acap ''diabaikan'' SBY. Misalnya, keinginan Kalla bertemu SBY sepulang Kalla dari luar negeri tidak segera dikabulkan SBY. Keinginan Kalla bertemu dengan Hillary Clinton di Jakarta juga tidak dijadwalkan.

Diperkirakan bakal ada capres alternatif keempat. Sejumlah pengamat politik memperkirakan, di antara sejumlah nama yang beredar, Hidayat Nurwahid atau HNW (PKS), Wiranto (Hanura), dan Prabowo Subianto (Gerindra) tampak cukup berpeluang dan sosok mereka familier karena gencar digadang-gadang sebagai capres oleh partainya.

Menurut pengamat politik Yudi Latif, dengan mesin politik dan dukungan dana yang kencang, Gerindra akan mampu mengajak partai-partai kecil untuk berkoalisi mengusung Prabowo --yang berdasarkan survei LSI, tingkat elektabilitasnya 4,3%-- sebagai capres.

Taufik Alwie, Syamsul Hidayat, Asrori S. Karni, Bernadetta Febriana, dan Anthony (Makassar)
[Laporan Utama, Gatra Nomor 17 Beredar Kamis, 5 Maret 2009]

Tidak ada komentar: