Minggu, 15 Maret 2009

Saatnya Tinggalkan Kampanye Kosong

TABLOID PARLE

Saatnya Tinggalkan Kampanye Kosong

23/01/2009 09:37

Pelaksanaan pemilu yang sudah semakin tentunya akan menciptakan persaingan kett di antara partai politik peserta pemilu. Bukan hanya itu, persaingan juga akan terjadi sesama kader dari partai yang sama. Ini karena pasal 214 Undang-Undang No. 10 Tahun 2008 yang mengatur tentang penentapan calon terpilih berdasarkan nomor urut telah dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi (MK) beberapa waktu lalu. Pembatalan ini, otomatis menjadikan penatapan calon anggota legislatif, kini, berdasarkan nomor urut.

Konstelasi politik tentu saja akan banyak ikut mengalami perubahan. Untuk itu pascaperubahan model sistem politik ini, menurut Direktur Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti, partai politik harus mengubah budaya dan karakternya. Bila tidak, partai politik akan ditinggalkan pemilih. Kata Ray, popularitas partai politik sekarang sangat ditentukan oleh popularitas kadernya. Lebih jauh mengeni hal ini, berikut ini petikan wawancara Anas Najamuddin dari Parle :



Konstelasi politik, khususnya pascapembatalan pasal 214 Undang-Undang No. 10 Tahun 2008 oleh Mahkamah Konstitusi akan mengalami banyak perubahan. Anda melihatnya bagaimana?

Ini akan terjadi gambling. Tokoh politik yang selama ini populer lebih banyak dibantu oleh partai politiknya ketimbang dirinya sendiri akan bersaing dengan kader yang bergerak di bawah. Sekarang ini yang dipilih orang bukan lagi partai sehingga kalau di partai tidak terdapat orang yang populer akan sulit juga. Kader lah yang mendongkrak pencitraan partai-partai politik itu.

Boleh jadi partai-partai yang populer selama ini akan naik. Namun partai-partai baru juga boleh jadi yang akan naik. Misalnya, Partai Demokrat menurut polling naik walaupun boleh jadi kenyataan sesungguhnya tidak seperti itu.



Maksud Anda popularitas partai sangat ditentukan keberhasilan kadernya di bawah?

Ya. Sekarang sudah berbalik. Kalau dulu kan orng itu dibantu oleh partai kalau sekarang partai ditolong oleh kadernya. Kalau orangnya nggak populer partai tidak akan ikut populer.



Bagaimana dengan fenomena partai baru yang mulai menyodok partai lama?

Saya kira itu karena yang disurvei kan partai. Kalau partai, seperti yang saya sebutkan memang naik. Tetapi yang kita bicarakan saat ini individu-individu. Itu maksud saya, itu perubahannya. Kalau dulu orang mendapat kursi karena partai, sekarang partai mendapatkan kursi di DPR karena orang. Jadi sudah terbalik. Kalau orangnya tidak popular di daftar caleg partai maka partai tidak akan mendapat apapun.



Di masa kampanye sekarang ini belum ada partai yang cukup menonjol dan membuat gebrakan. Mengapa?

Saya melihatnya krena orang-orang berkampanye selalu berdiri sendiri tidak bergantung pada partai.



Apa mungkin telah terjadi perubahan strategi kampanye?

Tidak juga. Sekarang orang lebih individualistik. Untuk pemilu sekarang partai mungkin masih dominan. Tetapi untuk pemilu ke depannya partai nggak penting lagi. Yang penting itu, orang.



Hubungan antara kader dan partai nantinya bagaimana?

Itu problem. Itu masalah yang tertinggal. Jadi bagaimana pun pascaputusan MK ini perlu ada perubahan karakter dan budaya di dalam partai politik. Bila mereka masih menggunakan cara-cara yang lama sedikit demi sedikit mereka akan ditinggalkan.



Loyalitas dan tanggung jawab kader diperkirakan akan semakin menurun?

Itu lah makanya perubahan internal di dalam partai politik. Klau tidak pasti partai politik makin tidak berwibawa di mata para calegnya. Itu harus diatur di dalam ad/art. Misalnya caleg nggak boleh berkampanye di luar yang disepakati di platform dan proses rekrutmennya berbeda. Itu semua yang saya maksud budaya dan karakter partai politik.



Kader elite dan kader ‘akar rumput' diperkirakan akan bersaing ketat. Apa sebanding?

Pasti sebanding. Persoalannya adalah mungkin karena yang baru relatif tidak punya dana atau lebih sedikit dalam soal nama karena putusan MK agak terlambat. Tetapi pasca-2014 orang yang berkeinginan terjun di dunia politik sudah harus berkampanye dari sekarang. Jadi kader-kader ini baru akan kelihatan pasca-2014. Kalau yang sekarang memang akan tertinggal.



Ekspekatasi masyarakat akankah meningkat sejalan paradigma baru sistem politik ini, karena sebelumnya mereka apatis terhadap partai politik?

Ekspektasi nggak ada hubungan dengan sistem yang baru. Sistem yang lama atau yang baru menurut saya tidak memengaruhi tingkat ekspektasi ini.



Suara terbanyak dipercaya lebih mendekatkan kader partai dengan konstituen?
Itu bukan ekspektasi, itu bawaan yang akan terjadi dengan sendirinya. Jadi bukan ekspektasi publik. Dengan suara terbanyak ini akan terjadi kedekatan antara pemilih dengan wakil mereka di DPR, itu implikasi langsung dari suara terbanyak.



Terkait strategi kampanye yang paling tepat untuk mendongkrak suara sekarang ini kira-kira seperti apa?

Saya pikir mereka sudah harus berbicara visi, misi, dan program-program dalam kampanye ini. Mereka memang sudah harus meninggalkan apa yang disebut kampanye kosong. Kampanye kosong ini sama sekali tidak menawarkan visi, misi, atau program sebagaimana yang dimaksud undang-undang. Misalnya, sebatas pengucapan selamat hari raya, selamat hari natal dan tahun baru, dan sebaginya. Nah, kampanye yang sekarang ini diusahakan oleh para kandidat.



Dengan model sistem yang sekarang ini, bagaimana harapan atau adanya perbaikan politik Indonesia ke depan?

Sebenarnya kalau mau jujur untuk peningkatan kader keterwakilan publik bagis. Tetapi kalau kita bicara dalam konteks proposional secara umum ini nggak relevan. Nah, menurut saya yang paling penting sekarang, sistem pemilu nggak boleh selalu dibongkar pasang di belakang hari. Tidak seperti selama ini yang selalu bongkar pasang.



Bisa dimulai dari mana?

Dimulai dari yang sudah ada. Tinggal menetapkan sistem yang kita inginkan seperti apa? Itu saja. Kalau kita sudah berbicara mengenai sistem proposional maka kita berbicra dalam kerangka proposional itu. Sebaliknya kalau kita ingin distrik kita berbicara dalam kerangka distrik. Saya pikir itu mulai sekarang sudah harus diwacanakan, supaya kita tidak mendapatkan suatu sistem yang blank-blink seperti sekarang.

Tidak ada komentar: